Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Scabies, Penyakit Kulit yang Sering Menyerang Santri

Saking akrabnya penyakit ini dengan santri hingga beredar mitos belum sah mondok jika belum terkena scabies, kudis, atau gudik

22 Oktober 2021 | 08.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Scabies atau kudis (dalam bahasa Jawa disebut gudik), merupakan salah satu penyakit kulit yang sering diderita oleh para santri di pondok pesantren di Indonesia. Setiap santri yang mengenyam pendidikan di suatu pesantren, diyakini sedikit banyak akan bersinggungan dengan penyakit kulit, terutama scabies.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saking akrabnya penyakit ini dengan santri, beredar mitos di kalangan pesantren bahwa belum sah menjadi santri jika tidak terkena penyakit ini. Menteri Kesehatan RI 2014-2019, Nila Moeloek, pernah meminta komunitas pesantren menghilangkan mitos gudik di kalangan para santri ini. “Tolong jangan ada lagi santri yang mengidap kudis, karena para santri ini merupakan generasi penerus bangsa. Jadi harus sehat dan cantik,” katanya saat berkunjung ke Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 27 Maret 2019.

 

Kementerian Kesehatan RI dalam Pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren pada 2007 melaporkan terdapat 14.798 pondok pesantren dengan prevalensi scabies cukup tinggi di Indonesia.

Scabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh serangan kutu Sarcoptes scabiei, yang menginfeksi permukaan kulit seseorang. Kutu tersebut kemudian membuat lubang yang bersifat mikroskopis dan menimbulkan rasa gatal sampai timbul luka.

 

Penyakit ini termasuk penyakit yang jamak terjadi di Indonesia, terutama tempat yang ditengarai memiliki kualitas sanitasi yang buruk. Kutu ini lebih sering menyerang secara aktif di malam hari, sehingga ketika malam menjelang tentu akan mengganggu tidur seorang penderita.

 

Mengutip k24klik.com, scabies kerap dijumpai di pesantren karena penularan kutu dari kontak kulit ke kulit dan penggunaan barang pribadi secara bersama-sama, misalnya kasur. Terlebih, di pesantren, dalam satu kamar dihuni oleh banyak santri yang tidak semuanya pintar dalam menjaga kebersihan. Hal ini membuat risiko penularan scabies semakin besar.

 

Gejala

Melansir dari laman Mayoclinic.org, gejala scabies dapat berupa:

  1. Gatal, biasanya akan terasa parah pada malam hari.
  2. Timbul bentolan seperti digigit nyamuk, yang sangat banyak dan berada di kulit-kulit tipis. Biasanya pada lipatan kulit.

Meski, hampir semua bagian tubuh terkena skabies, tetapi bagian yang paling sering ditemukan adalah di sekitar:

  1. Sela-sela jari
  2. Ketiak
  3. Sekitar pinggang
  4. Sepanjang bagian dalam pergelangan tangan
  5. Siku bagian dalam
  6. Telapak kaki
  7. Sekitar dada
  8. Sekitar area genital pria
  9. Pantat
  10. lutut

 

Jangan digaruk

Penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang luar biasa, terutama pada malam hari. Hal ini membuat penderita ingin menggaruk pada bagian tubuh yang gatal tersebut.

 

Jika digaruk terus menerus, akan berpotensi membuat luka terbuka yang rentan akan infeksi. Bentuk infeksi kulit yang paling sering terjadi adalah impetigo, yakni berupa cairan berwarna madu yang keluar dari kulit yang lecet.

 

Cara mengobati

Merangkum dari laman webmd.com, scabies, kudis, atau gudik dapat diobati dengan cara memberikan para santri salep khusus scabies, obat gatal, kortikosteroid, dan pengobatan menyeluruh.

 

M. RIZQI AKBAR

Baca juga:

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus