Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Self Compassion, Welas Asih kepada Diri Sendiri

Welas asih kepada diri sendiri memerlukan sifat hangat dan pengertian ketika mengalami kegagalan atau merasa tidak ada hal yang sempurna.

10 Juni 2022 | 12.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Merasa kasihan kepada orang lain dapat terjadi saat melihat orang itu mendapat musibah atau dalam kondisi yang tidak baik. Tapi pernahkah Anda merasa menaruh belas kasihan kepada diri sendiri? Rasa welas asih kepada diri sendiri disebut self compassion

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Welas asih atau self compassion menurut guru besar psikologi Universitas Texas, Kristin Neff, tidak berbeda dengan memiliki rasa belas kasih terhadap orang lain. Belas kasih yang secara harfiah berarti merasa menderita bersama, saat merasakannya terdapat perasaan hangat, perhatian, dan keinginan untuk membantu orang lain. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Welas asih merupakan perasaan sadar akan penderitaan, kegagalan, dan ketidaksempurnaan, bagian dari pengalaman manusia. Welas asih juga bukan mengasihani diri sendiri dengan memikirkan masalahnya sendiri dan lupa jika orang lain memiliki masalah yang sama. 

Mengasihani diri sendiri cenderung memunculkan perasaan egosentris dan membesar-besarkan ataupun membandingkan penderitaan yang dialami dengan orang lain. Bersikap welas asih juga bukan berarti memanjakan diri atau self indulgence. Misalnya saja setelah melewati suatu ujian atau pekerjaan berat, lalu berniat memanjakan diri seperti, “Hari ini aku mau rebahan dan makan seharian, enggak mau ngapa-ngapain pokoknya”.

Memanjakan diri sendiri akan menjadi bumerang karena sulit menghadapi kenyataan atau realita yang dijalani. Hal ini juga berpotensi takut membenci diri sendiri karena tidak melakukan apa yang sedang diinginkan. 

Konsep welas asih berbeda. Kepedulian terhadap diri sendiri dapat memberikan motivasi untuk bertumbuh dan berubah menjadi lebih baik lagi. Welas asih juga memberikan rasa aman dalam menerima diri sendiri karena tidak khawatir atas self censure dan self condemnation. 

Menurut Neff dalam laman resminya, terdapat tiga elemen untuk membentuk dan membedakan welas asih atau self compassion dengan pemanjaan diri maupun mengasihani diri sendiri. Berikut tiga elemen itu:

Self-kindness vs Self-judgment

Welas asih memerlukan sifat hangat dan pengertian terhadap diri sendiri ketika mengalami kegagalan atau merasa tidak ada hal yang sempurna ketimbang mengkritik dan menyalahkan diri sendiri atas kegagalan itu.

Sikap welas asih kepada diri sendiri membutuhkan sifat yang lembut terhadap diri sendiri saat mengalami hal yang buruk atau sesuatu tidak berjalan sesuai rencana. Sedangkan menyangkal kegagalan akan menyebabkan stres dan frustasi. Sebaliknya, jika kenyataan dihadapi dengan pemahaman yang dingin dan lembut akan tercipta keseimbangan emosional. 

Common humanity vs Isolation

Saat gagal atau mendapat masalah besar mungkin terpikir jika kita adalah orang paling menderita atau satu-satunya orang yang tidak memiliki kemampuan untuk berhasil dalam mengerjakan sesuatu. Kita kerap lupa, semua adalah manusia yang fana dan tidak sempurna. Sehingga welas asih menjadikan diri lebih memahami bahwa penderitaan dan ketidakmampuan melakukan sesuatu adalah hal yang wajar dan bagian dari pengalaman menjadi manusia. 

Mindfulness vs Over-identification

Welas asih juga membutuhkan keseimbangan terhadap emosi negatif sehingga perasaan tidak merespons berlebihan. Keseimbangan berpikir ini bisa didapatkan dengan menghubungkan masalah yang sedang dialami dengan orang lain yang memiliki masalah serupa, sehingga dapat melihat dari perspektif yang lebih besar. 

Keseimbangan ini sulit didapat jika kita tidak bersedia memahami pikiran dan emosi negatif pada diri sendiri dengan pikiran yang jernih dan terbuka. Selain itu mindfulness 
merupakan kondisi di mana pikiran tidak menghakimi, menyangkal, maupun menekan perasaan dan melihat perasaan serta emosi secara apa adanya. Meski rasa sakit dan mengasihani diri sendiri pasti muncul, mindfulness dapat mengontrol diri untuk tidak terlalu ‘mengambil hati’ atas emosi dan pikiran negatif yang muncul.

TATA FERLIANA 

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus