Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Sindrom Impostor

Sindrom Impostor adalah fenomena psikologis di mana seseorang memiliki perasaan keraguan diri yang mendalam terkait dengan kemampuan atau prestasinya.

23 September 2023 | 14.16 WIB

Ilustrasi insecure. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi insecure. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sindrom Impostor fenomena yang mungkin terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, kondisi psikologis ini penting menjadi perhatian, karena  seseorang yang menagalaminya merasa bahwa ia tak layak, kompeten, atau sukses meskipun memiliki bukti pencapaian yang nyata. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lantas, apa itu Sindrom Impostor?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dikutip dari National Center for Biotechnology Information, Sindrom Impostor adalah fenomena psikologis di mana seseorang memiliki perasaan keraguan diri yang mendalam terkait dengan kemampuan atau prestasinya, bahkan ketika bukti sebaliknya jelas terlihat.  Individu yang mengalami sindrom ini cenderung meremehkan pencapaiannya sendiri dan merasa bahwa ia hanya berada di posisi sekarang adalah karena faktor keberuntungan atau kesalahan orang lain.

Individu ini tak dapat menginternalisasi kesuksesan mereka dan kemudian mengalami perasaan ragu-ragu, cemas, depresi, Mereka juga merasa ketakutan yang mendalam karena dianggap sebagai penipuan dalam pekerjaan mereka, meskipun terdapat bukti kesuksesan yang dapat diverifikasi dan obyektif. 

Penyebab Sindrom Impostor 

Berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan atau memperburuk Sindrom Impostor:

1. Pendidikan atau Karir yang Kompetitif

Lingkungan yang sangat kompetitif atau ketat, seperti dunia akademik atau bisnis, dapat meningkatkan tekanan dan menyebabkan Impostor Syndrome. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa pola asuh dan dinamika keluarga dapat memainkan peran penting dalam sindrom impostor. 

Secara khusus, gaya pengasuhan yang ditandai dengan sikap mengontrol atau terlalu protektif dapat berkontribusi pada perkembangan sindrom penipu pada anak.

2. Perbandingan Sosial

Membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih sukses atau berprestasi dapat memicu perasaan kurangnya prestasi. Selain itu, meski gejala kecemasan sosial dapat memicu sindrom impostor, bukan berarti tiap orang yang mengalami sindrom itu memiliki kecemasan sosial atau sebaliknya. 

Dikutip dari Verywell Mind, orang yang tak memiliki kecemasan sosial juga bisa merasa kurang percaya diri dan kompetensi. Sindrom impostor seringkali menyebabkan orang yang biasanya tak cemas mengalami rasa cemas ketika berada dalam situasi di mana mereka merasa tak mampu

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus