Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Penggemar mi ayam di Yogyakarta tak akan asing dengan istilah mi ayam ndeso. Mi ayam ini cukup kesohor di Kota Gudeg dan daerah-daerah sekitarnya. Bahkan bagi warga lokal, keberadaannya melampaui kepopuleran mi yamin, kwetiau, atau mi-mi lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mi ayam ndeso berbeda dengan mi ayam lain. Penampakannya sangat sederhana. Maka itu disebut mi ndeso. Mi yang menjadi komplemen utamanya ialah mi kuning dengan diameter lebih besar dari mi pada umumnya. Isinya pun hanya suwiran ayam semur dan sawi hijau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Namun, yang membedakan mi ayam ndeso dengan mi lain adalah kuahnya yang medok bebumbuan. Bagaimana rasa mi ayam ndeso? Mari kita periksa.
Di hampir seluruh kabupaten di Yogyakarta, banyak dijumpai penjaja mi ayam ndeso. Salah satunya di Gunungkidul. Kabupaten yang berada 40 kilometer di sisi tenggara Kota Yogyakarta itu memiliki sederet penjaja mi ayam ndeso enak. Namun yang terkenal paling ramai ialah Mi Ayam Prima.
Lokasinya di Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu. Tepatnya di depan kantor desa. Penampilan warungnya sangat sederhana. Semuanya tampak biasa. Namun warung ini tak pernah sepi pembeli.
Tempo berkunjung ke warung tersebut pada akhir Juni. Salah satu pelanggan sekaligus warga lokal, Theresia Yogi, 26 tahun, yang menjadi pemberi rekomendasi sekaligus pengantar.
Saat tiba di sana, kira-kira pukul 14.00, kursi dan meja hampir tak ada yang kosong. Semua terisi penuh. Pengunjung mau tak mau harus berbagi tempat dengan tamu lain.
Ada dua pilihan, yakni mi ayam biasa dan mi ayam bakso. Memilih mi ayam bakso sepertinya menarik karena harganya tak terpaut jauh dari mi ayam biasa.
Pramusaji melayani tamunya dengan cepat. Kira-kira 10 menit pesanan sudah datang. Mi dengan tampilan sangat sederhana tersaji di atas meja. Mangkuknya klasik bergambar ayam jago.
Pemandangan paling mencolok dari mi ayam itu adalah kuahnya. Kuah itu kental berwarna cokelat. Ada serat-serat daging ayam halus tercampur pada kuah tersebut. Saat diseruput, aduhai rasa kaldunya kental terasa di lidah.
Bebumbuan, seperti ketumbar, bawang, dan lada sangat royal dicampurkan pada semangkuk mi. Sedangkan suwiran ayam semurnya tak pelit. Alhasil hampir seluruh permukaan mi itu tertutup suwiran daging ayam.
Ada dua butir bakso bersama pangsit goreng dan acar melengkapi sajian. Ketiganya memberikan variasi rasa sehingga pengunjung tak bosan saat menghabiskan seporsi mi yang jumbo.
Warung mi ayam ini konon dimiliki oleh Sumarno. Warung telah dibuka sejak 1995. Sejumlah orang dari berbagai daerah datang ke sana setiap kali berkunjung ke Gunungkidul. Sebab, rasa yang khas dan harga yang murah menjadi daya tarik yang tak pernah lepas melekat.
"Jauh dari kota, tapi karena enak, orang rela datang," kata Theresia.
Harga semangkuk mi ini dibanderol Rp 12 ribu untuk mi ayam biasa. Sedangkan mi spesial pakai bakso Rp 16 ribu. Cukup murah untuk kantong para backpacker.