Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Doyan jeroan sapi? Bila berada di Kabupaten Pamekasan, Madura, cobalah kuliner nase ramoy. Staf hotel, tempat saya menginap di Pamekasan mendorong saya mencoba sajian khas ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut dia, tak hanya masyarakat umum yang doyan. Para pejabat dan anggota dewan di Kabupaten Pamekasan pun kalau sarapan dengan nase atau nasi ramoy. Apalagi meski mulai buka sejak pukul 05.30, warung baru tutup pukul 20.00, jadi tak harus datang di pagi hari. Bisa juga saat makan siang atau malam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Warung Barokah nama warung yang menjajakan nase ramoy memiliki beberapa cabang. Kebetulan saya berada tak jauh dari Pasar Batik Tradisional atau Pasar 17 Agustus yang tak jauh dari Warung Barokah di Jalan Pintu Gerbang nomor 130 A, jadi ke sini lah saya melangkah.
Ramoy ternyata nama orang yang memulai usaha warung ini pada 1960. Saat ini, olahan jeroan sapi dan menu lainnya dimasak oleh Hajah Aisyah, 60 tahun. Saya bertemu dengan menantunya Nabila, 35 tahun, yang bertugas melayani para pembeli. Dapur berada tepat di belakang warung, di sana saya temukan satu panci olahan usus dengan kuah kemerahan.
Baca Juga:
Siang itu dua angku panjang yang ada di warung terisi penuh, saya pun menunggu sejenak, hingga ada dua orang beranjak. Aroma khas menggoda tiba-tiba tercium. Ternyata berasal dari olahan usus sapi yang menjadi menu khas di warung ini. Jeroan sapi itu diolah di atas tungku kayu, inilah yang memicu munculnya aroma sedap dan masakan terasa lebih enak.
Warung barokah tempat berjualan Nase Ramoy, nasi campur dengan olahan dari berbagai jerohan sapi di jalan Pintu Gerbang Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Tempo/Rully Kesuma
Pantas bila kebanyakan kaum pria di sekeliling saya begitu lahap menyuap nasi usus. Selain usus, ada pilihan menu lain, seperti otak goreng, babat, ayam goreng, telur pindang, serta olahan dari sapi lainnya.
Nasi usus hanya dipatok Rp 5.000, sedangkan nasi usus plus otak goreng Rp 10 ribu. Harga tergantung lauk yang dipilih. Tiga lauk bisa dihargai sekitar Rp 15 ribu. Kuliner murah dan mengenyangkan tentunya.
Untuk paduannya ada kecap dengan irisan cabai rawit plus bihun. Uniknya di warteg ala Madura ini, minuman yang disediakan berupa air putih hangat dengan rasa jahe, dan disiapkan dalam gelas kaleng jadul. Menurut Nabila, disediakan jenis air ini untuk menghilangkan lemak yang menempel di bibir dan lidah.
RITA NARISWARI