Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Pakaian Adat Bali Dikenakan Jokowi di Gala Dinner KTT G20, Sama Dipakai Saat HUT RI ke-74?

Presiden Jokowi kenakan pakaian adat bali Payas Agung saat gala dinner KTT G20, apakah sama dengan yang dipakai saat HUT RI ke-74?

16 November 2022 | 17.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo menggenggam tangan Ibu Negara Iriana saat menghadiri Welcoming Dinner and Cultural Performance KTT G20 di kawasan Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) Badung, Bali, Selasa, 15 November 2022. Jokowi dan Iriana tampak mengenakan baju adat Bali saat menyambut kedatangan para pemimpin negara dan tamu undangan KTT G20. REUTERS/Willy Kurniawan/Pool

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Jokowi didampingi ibu negara Iriana menghadiri The Welcoming Dinner of G20 Summit di Garuda Wisnu Kencana, Bali dengan pakaian adat Bali. Kedatangan mereka berdua di atas karpet merah gala dinner KTT G20 disambut meriah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, terdapat hal yang mencuri perhatian kedatangan Presiden RI ini, yaitu pakaian adat Bali yang dikenakan oleh Jokowi dan Iriana. Orang nomor satu di Indonesia ini mengenakian balutan pakaian adat Bali, Payas Agung.

Pada acara makan malam tersebut, Presiden Jokowi mengenakan jas beludru pendek hitam dihiasi nuansa emas, dan kain khas Bali berwarna merah muda. Begitu pula, Iriana yang mengenakan pakaian serupa dilengkapi sehelai kain di kepalanya untuk menutupi sebagian rambutnya. Pakaian adat Bali ini bernama Payas Agung yang ternyata juga dikenakan oleh Jokowi ketika menghadiri acara HUT RI ke-74 Republik Indonesia, di Istana Merdeka, Jakarta, 2019.

Presiden Joko Widodo bersama putra sulungnya, Gibran Rakabuming, mengenakan pakaiat adat Klungkung Bali untuk menghadiri upacara peringatan detik-detik proklamasi di halaman Istana Merdeka, Jakarta, 17 Agustus 2019. Tempo/Friski Riana

Makna Pakaian Adat Bali yang Dipakai Jokowi di KTT G20

Lantas, apa sebenarnya makna pakaian adat Bali yang disebut Payas Agung tersebut?

Pada dasarnya, filosofi pakaian adat Bali berlandaskan pada ajaran Sang Hyang Widhi, yaitu Tuhan yang diyakini oleh masyarakat Bali telah memberikan keteduhan, kedamaian, dan kegembiraan bagi para umat Hindu. Pakaian adat Bali yang memiliki tiga jenis pada dasarnya adalah sama. Ketiganya sama-sama mendasarkan pada ajaran terhadap Sang Hyang Widhi. Dasar konsep dari pakaian adat bali adalah konsep Tapak Dara (swastika) atau dikenal dengan tri-angga yang terdiri dari:

  • Dewa Angga: meliputi bagian dari leher ke kepala.

  • Manusa Angga: meliputi bagian dari atas pusar sampai leher.

  • Butha Angga: meliputi bagian dari pusar sampai bawah.

Baca: Xi Jinping, Rishi Sunak, Antonio Guterres Berkemeja Motif Kain Endek, Berikut Keistimewaan Kain Tradisional Bali Itu

Zaman dahulu, tepatnya pada masa Kerajaan Badung, pakaian adat Payas Agung biasa digunakan oleh keluarga kerajaan. Pakaian ini bukan dikenakan untuk kegiatan sehari-hari, melainkan ketika menghadiri berbagai upacara adat penting, salah satunya munggah deha (upacara kedewasaan), pitra yadnya (ngaben), mesagih (upacara potong gigi), dan upacara adat lainnya. Namun, kini, semua kalangan, mulai dari kalangan perani sampai kalangan bangsawan dapat menggunakan Payas Agung.

Melansir bulelengkab.go.id, Payas Agung didominasi dengan warna emas disertai mahkota tinggi yang menjulang. Untuk laki-laki, Payas Agung dikombinasikan dengan lilitan kain songket mewah dan jas beludru bermotif prada Bali. Sementara itu, untuk perempuan yang mengenakan Payas Agung akan terlihat semakin anggun, cantik, dan elegan. Selain itu, bagi perempuan, penggunaan pakaian adat Bali ini hendaknya disertai riasan yang mewah.

Pada bagian dahi wanita dirias dengan lengkungan atau srinata sehingga terlihat lebih bersahaja. Lalu, di antara kedua alis terdapat bindi yang dalam agama Hindu dipercaya sebagai simbol penanda cinta, kecantikan, kemakmuran, kehormatan, dan penangkal nasib buruk. Dahi dipilih menjadi tempat penggunaan bindi karena merupakan lokasi cakra keenam (Ajna) berada, yaitu cakra yang berkaitan dengan hal-hal, seperti intuisi dan imajinasi. 

Tidak hanya itu saja, pakaian adat Payas Agung untuk perempuan juga akan memakai tapih (kain) panjang yang melilit tubuh dari dada hingga ke jari kaki. Tapih ini akan dilapisi kemben sebagai penutup dada dan kamen untuk menutup hingga ke mata kaki. Tapi ini bermakna bahwa perempuan sebagai sakti yang bertugas menjaga agar laki-laki tidak melenceng dari ajaran Dharma.

Perhiasan yang digunakan untuk menambah elegan pakaian adat Bali jenis ini adalah adalah cerik (gelang) di bahu sebelah kiri, pending emas (ikat pinggang) di pinggang, gelang kana di lengan, dan gelang satru di pergelangan tangan.

RACHEL FARAHDIBA R 

Baca juga: Alasan Jokowi Pilih Baju Adat Bali di Peringatan HUT RI ke-74

https://gaya.tempo.co/read/1237135/alasan-jokowi-pilih-baju-adat-bali-di-peringatan-hut-ri-ke-74

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus