Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pasien kanker, terutama anak-anak pada umumnya mengalami fatigue atau kelelahan sangat berat dan menyebabkan stres menetap. Fatigue umumnya tak terlihat secara fisik, tetapi dapat diamati dari aktivitas, kemampuan mental, motivasi, dan gairah hidup pasien. Pasien kanker anak yang mengalami fatigue ketika ditanya biasanya menjawab, "Tidak dapat melakukan seperti dulu lagi", "Saya merasa beda", "Tidak mampu melakukan aktivitas rutin", "Butuh banyak istirahat atau tidur", "Merasa sedih, merasa bersalah".
“Untuk melakukan pekerjaan ringan saja, anak yang sudah dalam kondisi fatigue moderat, akan banyak berkeringat dan membutuhkan oksigen yang besar, dan terengah-engah,” kata pengajar di Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, Allenidekania, sabtu pekan lalu, 19 Februari 2022, dalam sebuah webinar. Sedangkan anak yang sudah merasa sangat lemah, biasanya akan banyak berbaring, tidak pindah-pindah, atau cenderung melakukan aktivitas sedenter.
Riset menunjukkan, prevalensi fatigue pada anak dengan kanker rata-rata di atas 40 persen. Sebuah studi menunjukkan anak-anak dan remaja di Amerika dengan kanker 45 persennya mengalami masalah tidur, 50-70 persen mengalami fatigue. Sedangkan di Indonesia, sekitar 44,2-85 persen anak dilaporkan mengalami fatigue.
Penyebab fatigue multifaktor. Antara lain akibat kanker itu sendiri, terapi antikanker seperti kemoterapi, radioterapi maupun pembedahan, penyakit komorbid termasuk obesitas dan kondisi psikologis anak. "Pasien yang menjalani terapi lebih dari tiga hari dilaporkan mengalami fatigue empat kali lipat," ujar Allenidekania. Hal ini karena efek kemoterapi sangat masif.
Teori meyakini fatigue bisa terjadi sebelum terapi. Ini menjadi reaksi inflamasi dari pertumbuhan sel kanker sehingga terbentuk sitokin sebagai respon inflamasi yang ditandai peningkatan IL-6 dan TNF-apha.
Fatigue juga bisa terjadi selama terapi, terlihat dari efek kemoterapi, radioterapi yang meningkatkan produksi sitokin sebagai respons kerusakan jaringan dari kemoterapi dan radioterapi.
Kondisi kelelahan berat juga dapat dirasakan pasien setelah terapi. Data memperlihatkan, fatigue ditemukan pada 23 persen pasien yang telah menyelesaikan terapi antikanker.
"Fatigue bisa menjadi prediktor rendahnya angka survival pada pasien kanker, cepatnya pasien masuk ke kondisi paliatif."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini