Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah penelitian klasik pada 1997 yang dipublikasikan di Journal of Marriage and Family menganalisis data ribuan pasangan menikah dan dilakukan selama 10 tahun untuk mencari tahu penyebab terbanyak perceraian. Para peneliti menemukan enam yang terbanyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Walaupun riset ini sudah dilakukan 24 tahun lalu, ternyata hasilnya masih relevan sampai saat ini. Berikut penyebab terbanyak perceraian, dilansir dari Psychology Today.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tidak setia
Ketidaksetiaan tetap menjadi salah satu pemicu utama pasangan bercerai, terutama masalah kepercayaan dan keamanan emosional dalam hubungan. Ketika salah satu pasangan bersikap tak setia maka memicu rasa sakit emosional dan pengkhianatan. Hal ini bisa menggerus fondasi hubungan dan membuat pihak yang terluka sulit untuk mempertahankan kepercayaan pada hubungan untuk kembali pulih sepenuhnya.
Boros
Masalah keuangan juga menjadi masalah dalam pernikahan. Ada pihan yang sering menghabiskan uang tanpa bertanggung jawab. Ketika salah satu terus menghamburkan uang tanpa berkonsultasi dengan pasangan maka bisa menyebabkan stres dan perceraian.
Mabuk-mabukan
Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan narkoba dapat merusak pernikahan dan memicu perceraian. Lebih dari itu, kebiasaan buruk ini bisa menguras keuangan, mengabaikan tanggung jawab, dan menciptakan lingkungan dan hubungan yang tak aman.
Cemburu
Kecemburuan, apakah terkait masa lalu atau saat ini, dapat meracuni hubungan lewat perilaku mengontrol. Cemburu buta sering mencerminkan masalah kepercayaan diri yang rendah, takut diabaikan, atau trauma yang belum tuntas, yang bisa memicu sikap obsesif, curiga, dan usaha mengontrol kegiatan pasangan.
Moody
Kondisi suasana hati yang kronis dan emosional bisa merusak pernikahan lewat tindakan yang tak bisa diprediksi dan membuat suasana di rumah selalu panas. Perubahan suasana hati, apakah akibat kondisi kesehatan mental atau stres situasional, bisa memicu konflik tanpa ujung, jarak emosional, dan kesulitan mengatasi masalah dengan tenang.
Kebiasaan buruk
Apakah itu sering meninggalkan pakaian kotor berserakan, sering terlambat, pelupa bisa membuat pasangan kesal. Gangguan yang semula tampak sepele ini bisa meningkatkan tensi dan pertengkaran, bahkan perpisahan jika tak dicari solusinya.
Pilihan Editor: Pentingnya Momen Harganas untuk Tekan Angka Perceraian