Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Pengamat Sebut Kurikulum Sekarang Lebih Simpel, Tak Perlu PPDB SD Bersyarat Calistung

Pengamat sebut Kurikulum Merdeka untuk SD kelas 1 lebih ditekankan kepada soft skill anak sehingga tak perlu lagi calistung untuk syarat masuk.

31 Maret 2023 | 16.00 WIB

Ilustrasi. TEMPO/Aditia Noviansyah
Perbesar
Ilustrasi. TEMPO/Aditia Noviansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim meminta sekolah-sekolah untuk mengikuti aturan menghapus syarat baca, tulis, hitung (calistung) saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Sekolah Dasar pada Tahun Ajaran Baru mendatang. Pelarangan calistung sebagai syarat PPDB telah ada sejak 2010 lewat Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan serta Peraturan Mendikbudristek Nomor 1 Tahun 2021 tentang PPDB namun faktanya masih banyak SD yang mensyaratkan kecakapan calistung untuk masuk. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Secara historis, materi pembelajaran hingga tahun 90-an untuk anak SD kelas 1 memang benar-benar pengenalan calistung, tidak memerlukan syarat anak memiliki kemampuan calistung sebelum masuk SD. Dulu zaman kurikulum sejak 1975 hingga 1990-an, buku pelajaran anak SD kelas 1 itu rata-rata hanya terdiri dari tiga kalimat dan per kalimat hanya terdiri dari tiga kata seperti, 'Ini ibu Budi'," jelas pengamat pendidikan Ahmad Fahrizal Rahman saat dihubungi Jumat, 31 Maret 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seiring waktu, perkembangan kurikulum di tahun 2000-an yang lebih menekankan kepada kemampuan kecerdasan kognitif, afektif, dan keterampilan, dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) hingga Kurikulum 2013 (K13), materi pembelajaran anak SD sejak kelas 1 menjadi lebih kompleks. Buku pelajaran untuk anak SD kelas 1 berisi paragraf panjang yang tersusun dari beberapa kalimat. 

"Tentu hal ini yang menuntut siswa yang masuk SD sudah memiliki kemampuan calistung yang memadai. Oleh karena itu, banyak SD yang mengadakan tes calistung dan banyak TK yang mengajarkan calistung karena tuntutan kurikulum tersebut," lanjut peraih gelar S2 jurusan Teknologi Pembelajaran di Universitas Negeri Malang itu.

Tekankan pendidikan karakter
Sejak perubahan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan oleh Nadiem, beban kurikulum untuk anak SD kelas 1 lebih ditekankan kepada soft skill anak. Kurikulum ini lebih menekankan pada pendidikan karakter anak sehingga materi yang disampaikan di buku pelajaran pun jauh lebih sederhana. Buku pelajaran kelas 1 SD (yang resmi dari pemerintah) saat ini rata-rata per halaman hanya berisi satu gambar dengan kalimat yang pendek. Guru diarahkan untuk bercerita tentang keadaan atau interaksi sosial yang terdapat pada gambar kepada anak-anak.

"Tentu langkah penghapusan tes calistung oleh Mendikbud ini sejalan dengan perubahan kurikulum yang telah dijalankan sehingga secara pelaksanaan idealnya tidak menjadi masalah dengan penghapusan tes calistung. Hanya saja, memang sejauh pengetahuan kami, kurikulum merdeka ini masih belum benar-benar 100 persen diterapkan di seluruh wilayah Indonesia karena penerapannya masih bersifat opsional. Beberapa sekolah masih melaksanakan kurikulum lama. Tentu hal ini bisa menyebabkan penghapusan tes calistung belum bisa terlaksana secara menyeluruh juga," papar alumni Institut Teknologi 10 November (ITS) Surabaya itu.

Menurut Ahmad, sebetulnya beban pelajaran sekarang jauh lebih ringan karena tak perlu pemahaman yang kompleks di awal selama sekolah, guru, dan orang tua murid sudah paham Kurikulum Merdeka itu beban materinya tidak seberat kurikulum lama. Pihak guru tentu juga tidak terlalu terbebani harus cepat-cepat mengajarkan anak kemampuan calistung supaya anak bisa memahami konten materi yang kompleks.

"Terutama orang tua juga, kalau paham beban materi pelajaran tidak menuntut kemampuan awal anak untuk memahami materi yang kompleks, tentu orang tua juga tidak terbebani untuk memberikan pelajaran atau les calistung kepada anak demi tuntutan masuk SD yang perlu calistung," tambah Sekretaris Yayasan sekolah Yayasan Al Muslim Sidoarjo milik keluarganya itu.

"Sejauh ini opini yang beredar di masyarakat tes calistung dihapuskan. Padahal selama ini kurikulum menuntut anak memiliki kemampuan calistung karena kurikulumnya sudah disederhanakan," tandasnya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram http://tempo.co/. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus