Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cerita rakyat adalah kisah dari zaman dahulu yang diwariskan secara lisan dan hidup di tengah masyarakat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena diturunkan dari zaman nenek moyang, cerita rakyat umumnya bersifat anonim atau tidak diketahui siapa penciptanya, tetapi mengandung nilai moral untuk memberikan pelajaran hidup dan etika.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cerita rakyat (folk literature) tumbuh sebagai kebudayaan, terutama di kalangan masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai adat dan istiadat.
Pengertian Cerita Rakyat
Melansir repository.unja.ac.id, cerita rakyat merupakan sebuah cerita yang menjelaskan kebudayaan rakyat secara turun-temurun dalam bentuk lisan dengan tujuan memberikan pesan moral.
Cerita rakyat termasuk sastra tradisional yang kehadirannya mempunyai nilai antara hubungan sosial sesama manusia.
Kemudian, berdasarkan Jurnal Bahasa dan Sastra, cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masyarakat dan berkembang pada masa lampau. Cerita rakyat menjadi ciri khas setiap bangsa yang mempunyai kultur budaya dan sejarah.
Senada dengan hal itu, menurut Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia Kelas X (2020) oleh Sumiati, cerita rakyat adalah cerita yang tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat pada masa lampau.
Pada awalnya, cerita rakyat disampaikan dari mulut ke mulut, tetapi kini diterbitkan menjadi buku, seperti cerpen atau novel.
Fungsi Cerita Rakyat
Cerita rakyat mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
- Menghibur, yaitu diciptakan berdasarkan keinginan untuk melahirkan suatu rangkaian berbahasa yang indah.
- Mendidik, yaitu memberikan pelajaran tentang kehidupan atau nilai-nilai kemanusiaan.
- Mewariskan, yaitu sebagai media untuk meneruskan tradisi suatu bangsa atau kelompok dalam artian yang positif.
- Jati diri, yaitu menjadikan cerita rakyat yang mendapatkan tempat, dipertahankan, dan disebarkan.
Struktur Cerita Rakyat
Struktur cerita rakyat terdiri dari:
1. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang untuk menampilkan tokoh-tokoh dalam cerita rakyat, sehingga dapat diketahui sifat dan karakternya.
Penokohan menempati posisi strategis sebagai penyampai pesan, amanat, atau moral. Tokoh utama dalam cerita rakyat adalah sosok yang menjadi pusat perhatian pendengar.
2. Peristiwa dan Alur
Alur adalah hubungan antara satu atau sekelompok peristiwa yang dibentuk oleh tahapan-tahapan. Dengan demikian, terbentuk sebuah cerita rakyat yang dihadirkan oleh tokoh-tokoh.
3. Latar
Latar adalah unsur karya sastra yang kehadirannya menentukan isi dan jalan sebuah cerita rakyat. Latar diartikan sebagai lokasi, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya suatu peristiwa dalam cerita.
4. Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk-bentuk ungkapan yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan cerita rakyat. Sebagai media ekspresi karya sastra, gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang menjadikan sebuah cerita memiliki keunikannya tersendiri.
5. Tema dan Amanat
Tema merupakan gagasan sentral dalam sebuah karya sastra. Gagasan sentral yang dimaksud dalam konteks cerita rakyat adalah topik atau pokok pembahasan dan tujuan yang diharapkan terjadi atau dilakukan oleh pendengar.
Ciri-Ciri Cerita Rakyat
Cerita rakyat mempunyai beberapa karakteristik, di antaranya:
- Kemustahilan, yaitu cerita yang tidak logis atau tidak bisa dinalar.
- Kesaktian, yaitu tokoh dalam cerita mempunyai kekuatan atau kemampuan yang tidak dapat dijumpai pada manusia modern.
- Anonim, yaitu cerita rakyat tidak diketahui secara jelas nama pengarangnya.
- Istana sentris, yaitu cerita rakyat umumnya bertema kerajaan.
- Penyebarannya secara lisan.
- Tradisional, artinya cerita rakyat mempertahankan kebiasaan atau adat istiadat masyarakat zaman dahulu.
Jenis-Jenis Cerita Rakyat
Cerita rakyat dibagi menjadi tiga jenis, meliputi:
1. Mite
Mite merupakan cerita prosa rakyat yang dianggap suci oleh pembuatnya, mempunyai latar dunia lain atau bukan dunia yang seperti sekarang, dan dipercaya terjadi pada masa lalu. Tokoh mite biasanya berupa dewa atau makhluk hidup setengah dewa.
2. Legenda
Legenda adalah prosa rakyat yang memiliki karakteristik mirip mite, yaitu diyakini benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci.
Tokoh dalam legenda ialah manusia, tetapi terkadang ada pula yang sering kali dibantu oleh makhluk gaib. Legenda dapat dibedakan menjadi legenda keagamaan, alam, perseorangan, dan legenda setempat.
3. Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang bersifat khayalan dan dianggap tidak pernah terjadi, berisi ajaran moral tertentu, serta disampaikan untuk hiburan.
Tokoh dongeng diperankan oleh manusia biasa, tetapi terkadang juga hewan yang berperilaku seperti manusia.
Contoh Cerita Rakyat
Berikut salah satu contoh cerita rakyat berjudul “Hikayat Indera Bangsawan” dari Buku Kesusastraan Melayu Klasik melalui Modul Pembelajaran SMA Bahasa Indonesia Kelas X (2020):
Tersebutlah perkataan seorang raja yang bernama Indera Bungsu dari Negeri Kobat Syahrial. Setelah berapa lama di atas kerajaan, tiada juga beroleh putra. Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa qunut dan sedekah kepada fakir dan miskin. Hatta beberapa lamanya, Tuan Puteri Sitti Kendi pun hamil dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang. Maka baginda pun terlalu amat sukacita dan menamai anaknya yang tua Syah Peri dan anaknya yang muda Indera Bangsawan.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya. Setelah beberapa lamanya, mereka belajar pula ilmu senjata, ilmu hikmat, dan isyarat tipu peperangan. Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata kepadanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.
Setelah mendengar kata-kata baginda, Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bermohon pergi mencari buluh perindu itu. Mereka masuk hutan keluar hutan, naik gunung turun gunung, masuk rimba keluar rimba, menuju ke arah matahari hidup.
Maka datang pada suatu hari, hujan pun turunlah dengan angin ribut, taufan, kelam kabut, gelap gulita dan tiada kelihatan barang suatu pun. Maka Syah Peri dan Indera Bangsawan pun bercerailah. Setelah teduh hujan ribut, mereka pun pergi saling cari mencari.
Tersebut pula perkataan Syah Peri yang sudah bercerai dengan saudaranya Indera Bangsawan. Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan berjalan dengan sekuat-kuatnya.
Beberapa lama di jalan, sampailah ia kepada suatu taman, dan bertemu sebuah mahligai. Ia naik ke atas mahligai itu dan melihat sebuah gendang tergantung. Gendang itu dibukanya dan dipukulnya. Tiba-tiba ia terdengar orang yang melarangnya memukul gendang itu. Lalu diambilnya pisau dan ditorehnya gendang itu, maka Puteri Ratna Sari pun keluarlah dari gendang itu. Puteri Ratna Sari menerangkan bahwa negerinya telah dikalahkan oleh Garuda. Itulah sebabnya ia ditaruh orangtuanya dalam gendang itu dengan suatu cembul. Di dalam cembul yang lain ialah perkakas dan dayang-dayangnya. Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu datang, Garuda itu dibunuhnya. Maka Syah Peri pun duduklah berkasih-kasihan dengan Puteri Ratna Sari sebagai suami istri dihadap oleh segala dayang-dayang dan inang pengasuhnya.
Tersebut pula perkataan Indera Bangsawan pergi mencari saudaranya. Ia sampai di suatu padang yang terlalu luas. Ia masuk di sebuah gua yang ada di padang itu dan bertemu dengan seorang raksasa. Raksasa itu menjadi neneknya dan menceritakan bahwa Indera Bangsawan sedang berada di negeri Antah Berantah yang diperintah oleh Raja Kabir.
Adapun Raja Kabir itu takluk kepada Buraksa danakan menyerahkan putrinya, Puteri Kemala Sari sebagai upeti. Kalau tiada demikian, negeri itu akan dibinasakan oleh Buraksa. Ditambahkannya bahwa Raja Kabir sudah mencanangkan bahwa barang siapa yang dapat membunuh Buraksa itu akan dinikahkan dengan anak perempuannya yang terlalu elok parasnya itu. Hatta berapa lamanya Puteri Kemala Sari pun sakit mata, terlalu sangat. Para ahli nujum mengatakan hanya air susu harimau yang beranak mudalah yang dapat menyembuhkan penyakit itu. Baginda bertitah lagi. “Barang siapa yang dapat susu harimau beranak muda, ialah yang akan menjadi suami tuan puteri.”
Setelah mendengar kata-kata baginda Si Hutan pun pergi mengambil seruas buluh yang berisi susu kambing serta menyangkutkannya pada pohon kayu.Maka ia pun duduk menunggui pohon itu. Sarung kesaktiannya dikeluarkannya, dan rupanya pun kembali seperti dahulu kala.
Hatta datanglah kesembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkanya susu harimau beranak muda itu. Indera Bangsawan berkata susu itu tidak akan dijual dan hanya akan diberikan kepada orang yang menyediakan pahanya diselit besi hangat. Maka anak raja yang sembilan orang itu pun menyingsingkan kainnya untuk diselit Indera Bangsawan dengan besi panas. Dengan hati yang gembira, mereka mempersembahkan susu kepada raja, tetapi tabib berkata bahwa susu itu bukan susu harimau melainkan susu kambing. Sementara itu Indera Bangsawan sudah mendapat susu harimau dari raksasa (neneknya) dan menunjukkannya kepada raja.
Tabib berkata itulah susu harimau yang sebenarnya. Diperahkannya susu harimau ke mata Tuan Puteri. Setelah genap tiga kali diperahkan oleh tabib, maka Tuan Puteri pun sembuhlah. Adapun setelah Tuan Puteri sembuh, baginda tetap bersedih. Baginda harus menyerahkan tuan puteri kepada Buraksa, raksasa laki-laki apabila ingin seluruh rakyat selamat dari amarahnya. Baginda sudah kehilangan daya upaya.
Hatta sampailah masa menyerahkan Tuan Puteri kepada Buraksa. Baginda berkata kepada sembilan anak raja bahwa yang mendapat jubah Buraksa akan menjadi suami Puteri. Untuk itu, nenek Raksasa mengajari Indera Bangsawan. Indra Bangsawan diberi kuda hijau dan diajari cara mengambil jubah Buraksa yaitu dengan memasukkan ramuan daun-daunan ke dalam gentong minum Buraksa. Saat Buraksa datang hendak mengambil Puteri, Puteri menyuguhkan makanan, buah-buahan, dan minuman pada Buraksa. Tergoda sajian yang lezat itu tanpa pikir panjang Buraksa menghabiskan semuanya lalu meneguk habis air minum dalam gentong.
Tak lama kemudian Buraksa tertidur. Indera Bangsawan segera membawa lari Puteri dan mengambil jubah Buraksa. Hatta Buraksa terbangun, Buraksa menjadi lumpuh akibat ramuan daun-daunan dalam air minumnya.
Kemudian sembilan anak raja datang. Melihat Buraksa tak berdaya, mereka mengambil selimut Buraksa dan segera menghadap Raja. Mereka hendak mengatakan kepada Raja bahwa selimut Buraksa sebagai jubah Buraksa.
Sesampainya di istana, Indera Bangsawan segera menyerahkan Puteri dan jubah Buraksa. Hata Raja mengumumkan hari pernikahan Indera Bangsawan dan Puteri. Saat itu sembilan anak raja datang. Mendengar pengumuman itu akhirnya mereka memilih untuk pergi. Mereka malu kalau sampai niat buruknya berbohong diketahui raja dan rakyatnya.
Pilihan Editor: 3 Contoh Cerpen Tentang Kehidupan Sehari-hari yang Penuh Makna