Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyakit Minamata Ditemukan di Jepang 68 Tahun Lalu, Ini Cara Merkuri Masuk dalam Tubuh

Penyakit Minamata ditemukan di Jepang pertama kali yang mengancam kesehatan tubuh akibat merkuri. Lantas, bagaimana merkuri dapat masuk ke dalam tubuh?

1 Mei 2024 | 12.02 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pasien penyakit Minamata bawaan Yuji Kaneko di Oruge-Noa, menyantap makanan di sebuah kelompok perawatan untuk orang-orang cacat di Minamata, Prefektur Kumamoto, Jepang, 13 September 2017. Kaneko lahir di Minamata pada tahun 1955 dan semua dari anggota keluarganya penderita penyakit Minamata. REUTERS/Kim Kyung-Hoon

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pada 1 Mei 1956, seorang dokter di Jepang melaporkan epidemi penyakit sistem saraf pusat tidak diketahui yang disebut dengan penyakit Minamata. Penyakit ini telah ditemukan pada akhir 1950-an di Teluk Minamata, Jepang yang membuat makhluk hidup terkontaminasi dengan merkuri dari pabrik terdekat tempat produksi asetaldehida kimia (pipa limbah kimia Chisso Corporation). 

Mengacu healthandenvironment.org, merkuri dibiotransformasikan oleh bakteri dalam air menjadi metilmerkuri atau merkuri organik yang terakumulasi secara hayati dan dibiomagnifikasi dalam otot ikan. Merkuri ini menyerang makhluk hidup yang diawali kemayian kucing lokal akibat memakan ikan dengan kandungan metilmerkuri.

Kemudian, populasi lokal orang yang bergantung pada ikan juga terkena penyakit Minamata, terutama janin dan anak-anak. Bahkan, lebih dari 2.000 orang meninggal dunia dan ribuan lainnya mengalami luka yang melumpuhkan.

Menurut env.go.jp, penyakit Minamata merupakan contoh khas dari kerusakan kesehatan terkait polusi di Jepang. Penyakit Minamata adalah gangguan pada sistem saraf pusat yang menunjukkan berbagai tanda dan gejala, termasuk gangguan sensorik di bagian distal empat ekstremitas, ataksia, dan kontraksi konsentris bidang visual. 

Pada 1968, pemerintah Jepang mengumumkan bahwa Minamata terjadi karena konsumsi ikan dan kerang yang terkontaminasi senyawa metilmerkuri dari pabrik kimia. Metilmerkuri merupakan senyawa organik yang sangat beracun. Hampir semua orang memiliki beberapa kecil metilmerkuri di tubuh yang mencerminkan prevalensinya di lingkungan. Namun, kebanyakan orang memiliki kadar merkuri dalam tubuh di bawah takaran tertentu sehingga berdampak pada kesehatan tubuh, seperti tertulis dalam epa.gov

Berdasarkan hg-nic, metilmerkuri dan uap merkuri logam dapat dengan mudah masuk ke tubuh manusia dari saluran usus dan paru-paru. Metilmerkuri berikatan dengan sistein (sejenis asam amino) untuk membentuk kompleks yang strukturnya mirip dengan metionin dan asam amino esensial. Kemudian, metilmerkuri dimasukkan ke dalam jaringan melalui transporter asam amino yang akan membentuk amalgam gigi. Lalu, amalgam gigi akan menghasilkan uap merkuri logam. Namun, beban tubuh merkuri logam dari amalgam relatif rendah.

Merkuri dapat menyerang orang melalui beberapa kondisi. Biasanya, paparan merkuri terjadi karena terlepas dari wadah atau produk yang pecah. Adapun, paparan merkuri yang umum menyerang tubuh berasal dari beberapa hal berikut ini, yaitu:

  • Termometer demam yang pecah di mulut;
  • Perhiasan baru, seperti kalung yang mengandung liontin kaca;.
  • Produk konsumen lain, seperti barometer, sakelar, termostat, dan sakelar listrik;
  • Pengisian gigi dalam amalgam gigi; serta
  • Penambangan emas.

Tak hanya itu, merkuri yang menjadi penyebab penyakit Minamata juga dapat menyerang dalam kesempatan langka. Merkuri dapat menyerang seseorang yang menderita konsekuensi kesehatan serius. Setelah terpapar uap merkuri tingkat sangat tinggi, seseorang mendapatkan masalah kesehatan serius, terutama jika paparan terjadi dalam jangka waktu lama. 

Pilihan Editor: 68 Tahun Lalu, Penemuan Penyakit Minamata di Jepang Pertama Kali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus