Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Penyebab Penyakit Kaki Gajah, Jangan Dianggap Sepele

Penyakit kaki gajah disebabkan cacing filarial yang hinggap di saluran getah bening manusia, terutama pada pangkal paha.

31 Januari 2023 | 09.51 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ahli parasitologi Universitas Indonesia, Taniawati Supali, menjelaskan penyakit kaki gajah disebabkan cacing filarial yang hinggap di saluran getah bening manusia, terutama pada pangkal paha. Di Indonesia, kaki gajah dapat terjadi akibat tiga spesies cacing, yaitu wuchereria bacrofti, brugia malahi, dan brugia timori.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita agak beruntung karena di Indonesia tidak begitu banyak, tetapi brancofti di perkotaan yang berbahaya seperti di Jawa Tengah dan Bekasi," ujar Tania.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia menjelaskan pada tahap awal penderita masih merasakan sehat dan belum tampak adanya pembengkakan. Namun pada diagnosis darah malam akan ditemukan anak cacing. Pada gejala awal, penderita akan merasakan demam tanpa minum obat bisa hilang sendiri tetapi terjadi secara berulang, kemudian mulai muncul bengkak pada alat gerak yang awalnya bengkak normal.

Tania menjelaskan kaki gajah tidak bisa dianggap sepele karena infeksi cacing brancofti bisa memicu pembengkakan nyaris di seluruh bagian tubuh, termasuk organ seksual. Pada laki-laki pembengkakan bisa terjadi pada skrotum, sementara bagi perempuan bisa mengenai payudara dan vulva. Ia mengingatkan selain pembengkakan, kaki gajah bisa ditularkan oleh hewan kepada manusia meski perlu penelitian lebih lanjut terkait ciri hewan yang memiliki potensi menularkan infeksi tersebut.

“Ini perlu diingat, penularan filariasis bisa terjadi juga karena infeksi cacing yang dibawa hewan, misalnya kucing atau anjing,” katanya.

Kasus masih banyak
Kementerian Kesehatan menyebutkan jumlah penderita kaki gajah atau filariasis di Indonesia mencapai 8.635 orang berdasar data yang dihimpun pada 2022.

“Kasus filariasis yang tercatat sebanyak 8.635 orang. Kami ada datanya by name, by address,” kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Imran Pambudi.

Imran menuturkan situasi filariasis di Indonesia masih memprihatinkan. Sebanyak 236 kabupaten/kota di 28 provinsi menjadi daerah endemis filariasis.

"Baru 32 kabupaten/kota yang tersertifikasi eliminasi filariasis sementara lima kabupaten/kota lainnya baru akan menerima sertifikat pada Februari 2023. Artinya, 178 kabupaten/kota lain masih dalam tahap surveilans sebelum penilaian eliminasi," jelasnya.

Dalam hasil Analisis Situasi Filariasis Nasional Tahun 2022, Kemenkes mendapati ada lima provinsi dengan jumlah kasus tertinggi, yakni Papua 3.629 kasus, Papua Barat 620, NTT 1.276, Aceh 507, dan Jawa Barat 424. Sementara kondisi kaki gajah secara global sekitar 1 miliar orang yang tinggal di 72 negara endemis filariasis, sebanyak 120 juta di antaranya positif terinfeksi kaki gajah dengan jumlah orang yang mengalami kecacatan di dunia ada 36 juta orang.

Imran menjelaskan Kemenkes telah memiliki dua strategi utama dalam penanggulangan filariasis, yakni menggelar Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM) di 21 kabupaten/kota yang tersebar di Indonesia.

“Kami memberikan obat sekali setahun selama lima tahun berturut-turut dan sasarannya semua penduduk usia 2-70 tahun,” ujarnya.

Kemudian memantau penatalaksanaan kasus filariasis untuk mencegah dan membatasi kecacatan dengan memastikan tersedianya paket perawatan minimum tata laksana serangan akut, manajemen limfedema, manajemen hidrokel, dan tersedianya obat filarial dan simtomatik lain.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus