Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menurut Britannica, euthanasia adalah tindakan atau praktik tanpa rasa sakit membunuh orang yang menderita penyakit menyakitkan dan tidak dapat disembuhkan. Tindakan ini juga dapat dilakukan dengan melumpuhkan gangguan fisik atau membiarkan seseorang mati dengan menahan pengobatan atau menarik tindakan pendukung kehidupan buatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Euthanasia tidak memiliki ketentuan khusus di sebagian besar sistem hukum negara di dunia. Akibatnya, euthanasia kerap dianggap sebagai bunuh diri (jika dilakukan pasien sendiri) atau pembunuhan (jika dilakukan oleh orang lain atau dokter).
Kendati demikian, dokter dapat secara sah memutuskan untuk tidak memperpanjang hidup, jika pasien mengalami penderitaan ekstrem. Dokter juga mereka dapat memberikan obat untuk menghilangkan rasa sakit, meskipun dapat mempersingkat hidup pasien. Tindakan yang dilakukan dokter tersebut juga harus mempertimbangkan persetujuan dari pasien atau pihak keluarga.
Euthanasia memiliki beragam bentuk. Salah satu bentuk euthanasia yang kerap dilakukan disebut physician assisted suicide (PAS), yaitu bunuh diri dibantu dokter. Artinya, dokter dengan sadar membantu seseorang mengakhiri hidup.
Mengacu Healthline, pada 2013, terjadi sebuah jajak pendapat di New England Journal of Medicine yang menemukan 65 persen orang di 74 negara menentang euthanasia. Namun, mayoritas 11 dari 74 negara memilih mendukung euthanasia berbentuk PAS. Di sisi lain, sebuah studi di Inggris menemukan, mayoritas dokter tidak mendukung euthanasia yang dibantu dokter karena penekanan pada nilai agama.
Sampai sekarang, perdebatan euthanasia terkait legalitas masih berlangsung. Ada banyak argumen yang mendukung dan melawan tindakan euthanasia dalam dunia kesehatan. Sebagian besar argumen perdebatan terkait euthanasia masuk dalam empat kategori utama berikut:
Moralitas dan Agama
Beberapa orang percaya euthanasia adalah pembunuhan sehingga menganggap tidak dapat diterima karena alasan moral. Banyak juga berpendapat bahwa kemampuan untuk memutuskan kematian ada di tangan sendiri yang akan melemahkan kesucian hidup. Selain itu, banyak gereja, kelompok agama, dan organisasi agama yang menentang euthanasia karena alasan sama.
Penilaian Dokter
Euthanasia yang dibantu dokter hanya legal, jika pasien secara mental mampu membuat pilihan atau keputusan. Namun, dokter menentukan kemampuan mental pasien tidak mudah. Satu studi menemukan bahwa dokter tidak selalu mampu mengenali ketika pasien cocok untuk membuat keputusan.
Etika
Beberapa dokter dan penentang euthanasia khawatir tentang komplikasi etis yang dapat dihadapi dokter. Selama lebih dari 2.500 tahun, dokter telah mengambil sumpah Hippocratic. Sumpah ini mendorong dokter untuk merawat dan tidak pernah menyakiti pasien yang berada di bawah perawatannya. Di sisi lain, ada pendapat yang menyatakan, sumpah Hipokrates mendukung euthanasia karena mengakhiri penderitaan dan tidak membawa bahaya lagi.
Pilihan Pribadi
“Kematian dengan bermartabat” adalah gerakan yang mendorong legislatif untuk mengizinkan orang memutuskan bagaimana mereka ingin mati. Beberapa orang tidak ingin melalui proses kematian panjang karena khawatir akan beban pada orang yang dicintai. Akibatnya, beberapa orang memilih euthanasia.
Pilihan Editor: Bagaimana Ketentuan Euthanasia di Indonesia? Ini Bunyi Undang-undangnya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini