Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Pergi ke Bekasi, Jangan Lupa Makan Gabus Pucung dkk

Bila berkunjung ke Bekasi lidahmu perlu merasakan setidaknya 3 kuliner khas berikut ini.

26 Juli 2022 | 11.11 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi sayur Gabus Pucung. Dok.TEMPO/ Arif Fadillah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bekasi dikenal sebagai kota penyangga ibukota yang paling padat penduduk. Kebanyakan warganya merupakan pendatang yang menjadi pekerja di Jakarta. Keragaman asal masyarakat ini, pada akhirnya, turut memperkaya corak kehidupan kotanya.

Salah satu bentuk kekayaan tersebut ada pada kuliner di kota ini. Kebudayaan yang dibawa para pekerja dari daerah asalnya diramu-racik dalam sebuah sajian yang lezat. Sajian ini pun beraneka ragam, mulai dari kudapan sampai makanan berat.

Kuliner Khas Bekasi

Untuk mengenali sesuatu, konon, lidah adalah indra yang paling manjur dan makanan adalah hal yang paling tepat untuk indra itu. Hal ini berlaku pula pada sebuah kota. Karena itu, bila berkunjung ke Bekasi lidahmu perlu merasakan makanan khas berikut:

1. Bandeng Rorod

Seperti bandeng presto khas Semarang, ikan bandeng rorod ini bisa dimakan tanpa merisaukan duri dalam dagingnya. Akan tetapi, hal tersebut bukan hasil dari proses mempresto atau melunakkan duri-durinya dengan dimasak. Pada olahan khas Bekasi, duri-duri diambil terlebih dahulu sebelum dimasak dalam bumbu yang gurih. Olahan ini pun kerap jadi oleh-oleh.

2. Kue Rangi

Kue yang dibuat dari parutan kelapa, tepung kanji, dan gula merah ini mendapat namanya dari harum proses pembakarannya. Parutan kasar kelapa tua yang bertemu dengan bara api niscaya menguarkan aroma yang menggugah selera dan khas. Belum lagi dengan gula merah yang dituangkan sampai melapisi seluruh bagian kue tersebut. Dan benar-benar setelah matang, ada baiknya, kue rangi segera disantap. Bukan cuma memanjakan lidah, hidung juga.

3. Sayur Gabus Pucung

Sayur gabus pucung ini merupakan olahan ikan gabus dalam kuah hitam hitam pekat, sebagaimana rawa-rawa tempat hidup alami gabus. Warna tersebut didapatkan dari penggunaan pucung atau kluwek, yang juga digunakan di rawon khas jawa timur. Pada umumnya, makanan ini dihidangkan sebagai lauk meski tetap enak bila dimakan tanpa nasi.

Selain itu, makanan ini pun termasuk dalam rincian nyorog, suatu tradisi berbagi masakan menjelang bulan puasa atau lebaran. Biasanya, bertukar makanan ini terjalin di antara tetangga atau kerabat keluarga untuk menyambungkan tali silaturahmi.

PRAMODANA

Baca: Kuliner Kekinian Juga Hadir di Festival Pasar Senggol Bekasi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus