Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Antidepresan merupakan obat yang digunakan untuk menangani depresi. Obat ini bekerja dengan cara menyeimbangkan kandungan senyawa kimia alami di dalam otak yang disebut neurotransmitter, sehingga bisa meredakan keluhan dan membantu memperbaiki suasana hati dan emosi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Peningkatan kadar neurotransmiter juga dapat mengganggu sinyal rasa sakit yang dikirim oleh saraf, yang mungkin menjelaskan mengapa beberapa antidepresan dapat membantu meredakan rasa sakit jangka panjang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain meringankan gejala depresi, antidepresan juga dapat meringankan gangguan kecemasan, gangguan afektif musiman, distimia, atau depresi kronis ringan, serta kondisi lainnya.
Mengutip dari laman NHS Inform, The Royal College of Psikiater memperkirakan bahwa 50-65 persen dari orang yang diobati dengan antidepresan untuk depresi akan menunjukkan peningkatan, dibandingkan dengan 25-30 persen dari mereka yang memakai pil plasebo.
Antidepresan biasanya diminum selama sekitar 7 hari tanpa melewatkan satu dosis. Pengguna diharapkan untuk berhenti mengonsumsi antidepresan saat mendapatkan beberapa efek samping ringan sejak dini, meskipun efek ini biasanya hilang dengan cepat.
Antidepresan terbagi atas beberapa jenis, di antaranya yaitu:
1. Inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI)
SSRI adalah jenis antidepresan yang paling banyak diresepkan. Obat ini biasanya lebih disukai daripada antidepresan lain, karena menyebabkan lebih sedikit efek samping. Overdosis juga cenderung tidak serius.
Fluoxetine adalah jenis SSRI yang paling terkenal yang dijual dengan merek dagang Prozac. SSRI lainnya termasuk citalopram (Cipramil), paroxetine (Seroxat) dan sertraline (Lustral).
2. Serotonin-noradrenalin reuptake inhibitor (SNRI)
SNRI mirip dengan SSRI. Obat ini dirancang untuk menjadi antidepresan yang lebih efektif daripada SSRI. Namun, bukti bahwa SNRI lebih efektif dalam mengobati depresi pun tidak pasti. Contoh SNRI adalah duloxetine (Cymbalta dan Yentreve) dan venlafaxine (Efexor).
3. Noradrenalin dan antidepresan serotonergik spesifik (NASSAs)
NASSA mungkin efektif untuk beberapa orang yang tidak dapat menggunakan SSRI. Efek samping NASSA mirip dengan SSRI, tetapi dianggap menyebabkan lebih sedikit masalah seksual. Namun, obat ini juga dapat menyebabkan lebih banyak kantuk pada awalnya. NASSA utama yang diresepkan di Inggris adalah mirtazapine (Zispin).
4. Antidepresan trisiklik (TCA)
TCA adalah jenis antidepresan yang lebih tua. Obat ini biasanya tidak lagi direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk depresi karena bisa lebih berbahaya jika terjadi overdosis. Obat ini juga menyebabkan efek samping yang lebih dibandingkan SSRI dan SNRI. Namun TCA dapat direkomendasikan untuk kondisi kesehatan mental lainnya, seperti OCD dan gangguan bipolar.
WINDA OKTAVIA
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.