Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketamine adalah obat disosiatif yang biasanya digunakan tenaga medis untuk bius manusia atau hewan. Obat ini bekerja pada bahan kimia yang berbeda di otak untuk mendistorsi penglihatan dan pendengaran, yang dapat mengakibatkan seseorang merasa terlepas dari dunia nyata.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dikutip dari Food & Drug Foundation, ketamine juga dapat membantu mengatasi depresi berat pada pasien yang tidak merespon dengan baik obat anti-depresan atau perawatan lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ketamine bekerja dengan menargetkan bahan kimia utama di otak yang disebut glutamat, yang mempengaruhi memori dan pembelajaran. Obat ini juga diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan dan fungsi sel otak.
Dalam beberapa percobaan, ketamine dengan cepat mengurangi gejala depresi dan memberikan bantuan selama beberapa hari. Obat ini juga memiliki potensi untuk menghilangkan perasaan sedih, tidak berdaya, bahkan pikiran untuk bunuh diri.
Dilansir dari Web MD, awalnya Food & Drug Administration (FDA) tidak menyetujui penggunaan ketamine dan produk ketamine majemuk untuk mengobati gangguan kejiwaan. Namun, esketamine disetujui untuk pasien depresi yang resisten terhadap pengobatan.
Pasien depresi yang resisten terhadap pengobatan biasanya menerima esketamine melalui semprotan hidung, dengan jadwal dosis yang teratur. Meskipun ada risiko sedasi dan masalah kognitif, beberapa pasien melaporkan kelegaan setelah menerima dosis yang tepat.
Selain esketamine, bentuk lain dari ketamine seperti infus IV atau suntikan di lengan belum disetujui oleh FDA untuk kondisi kesehatan mental. Proses pengobatan ini memerlukan pengawasan ketat oleh dokter bersertifikat dan diawasi selama periode waktu tertentu.
Meskipun beberapa pasien melaporkan efek disosiatif selama proses, penelitian menunjukkan bahwa dalam 24 jam setelah dosis pertama ketamine yang diawasi medis, koneksi saraf yang hilang mulai tumbuh kembali. Ini menunjukkan potensi efek antidepresan ketamine, tergantung pada respons otak individu terhadap paparan ketamin.
Pilihan editor: Apa Itu Ketamine dan Risikonya untuk Kesehatan