Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Prosesi pernikahan putera mahkota Pura Pakualaman Yogyakarta yang bertajuk Dhaup Ageng antara Bendara Pangeran Hario (BPH) Kusumo Bimantoro dan Maya Lakshita Noorya memasuki tahap akhir sebelum akad. Hari ini, Jumat 4 Januari 2018 Putra Mahkota Paku Alam X dan calon mempelai wanita melakukan tradisi siraman secara terpisah di Komplek Pura Pakualaman Yogyakarta. Prosesi itu dilaksanakan selama kurang lebih tiga jam, mulai pukul 07.30 hingga pukul 11.00 WIB.
Baca: Mengintip 5 Kuliner Khas di Pernikahan Putra Mahkota Pakualaman
Pernikahan Putra Mahkota Paku Alam X, Prosesi Siraman Calon Mempelai Putra/Dok Pura Pakualaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Makna siraman untuk mensucikan diri bagi calon mempelai, ketika besok pagi akan melakukan prosesi akad nikah,” ujar panitia prosesi pernikahan atau tim Pranatan Lampah-Lampah Dhaup Ageng Pura Pakualaman, Mas Ngabehi Citropanambang Jumat 4 Januari 2019.
Prosesi siraman calon mempelai putri/ Dok Pura Pakualaman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Citro menuturkan akad nikah merupakan prosesi yang sangat sakral suci dalam tradisi pernikahan Islam. Namun karena prosesi pernikahan ini juga menerapkan tradisi Jawa kental, maka ada prosesi lain yang juga tak kalah sakral yakni panggih yang artinya pertemuan pertama mempelai putra dan putri setelah dipingit beberapa hari. “Karena jaman dulu calon mempelai kan biasanya sama sekali belum bertemu karena masih ada tradisi dijodohkan orang tua, jadi saat itu tidak tahu siapa jodohnya,” ujarnya.
Prosesi Sungkeman sebelum proses siraman calon mempelai putri/ Dok Pura Pakualaman
Prosesi siraman itu diawali dengan menyampaikan perlengkapan siraman ke pihak pengantin putri yang ada di dalam komplek kepatihan Pakualaman dan pihak putra di komplek Parangkarso.
Untuk pengantin putri dipersiapkan lima baki handuk, kebaya, dan lainnya. Sedangkan untuk pengantin putra berupa tiga baki berisi perlengkapan siraman.
Prosesi Sungkeman sebelum proses siraman calon mempelai putri/ Dok Pura Pakualaman
Siraman calon mempelai putri diawali dengan sungkeman atau sujud kepada ayah ibu dan neneknya. Usai sungkeman pengantin putri dikenakan kain bermotif grompol atau mengumpul dan warna putih serta disisipkan bunga melati di bagian penutup dada. Setelah selesai berganti pakaian lantas dilakukan upacara siraman. “Kain grompol maknanya guyub rukun. Artinya agar kelak saat mereka sah menjadi suami istri, hidupnya selalu guyub rukun,” ujarnya.
Baca: Royal Wedding, Putra Mahkota Paku Alam X Nikahi Teman Sekolah
Setelah prosesi siraman untuk calon mempelai putri dilanjutkan dengan prosesi memecahkan klenting atau kendi yang maknanya untuk mengeluarkan pamor aura sang pengantin dan arti siap menikah. Lalu pengantin putri melakukan prosesi potong rikmo atau sedikit rambut untuk ditanam di komplek Pura Pakualaman sebagai tanda kesetiaannya menjadi satu keluarga. Kemudian prosesi itu dilanjutkan dengan upacara ngerik di bagian tengkuk sebagai persiapan sebelum didandani sebagai pengantin.