Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan siswa SDN Dukuh 03 Sukoharjo, Jawa Tengah, sempat mengalami mual dan pusing setelah menyantap menu makan bergizi gratis di sekolah pada Kamis, 16 Januari 2025. Mereka keracunan makanan setelah menyantap menu yang terdiri dari nasi, tumis wortel tahu, ayam goreng tepung, buah, dan susu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyebab Keracunan Makanan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Siloam Hospitals, keracunan makanan umumnya disebabkan oleh patogen, seperti bakteri, jamur, parasit, atau virus, yang masuk ke tubuh melalui makanan yang dikonsumsi. Kondisi ini sering terjadi akibat mengonsumsi makanan yang sudah basi atau diolah dalam kondisi tidak higienis, sehingga patogen masuk ke saluran pencernaan dan memicu gejala.
Patogen penyebab keracunan makanan biasanya membutuhkan waktu untuk berkembang biak dalam tubuh, sehingga gejalanya tidak selalu muncul segera. Hal ini sering menyulitkan deteksi dini.
Beberapa gejala keracunan makanan yang umum dan memerlukan penanganan segera meliputi:
- Mual dan muntah.
- Diare, yang dapat disertai darah jika disebabkan oleh bakteri seperti EHEC atau Campylobacter.
- Dehidrasi.
- Sakit kepala.
- Nyeri perut dan kram, yang biasanya muncul 12–72 jam setelah makan.
Meskipun tidak sepenuhnya dapat dicegah, risiko keracunan makanan dapat dikurangi dengan memastikan makanan diolah dengan higienis. Selain itu, selalu cek tanggal kedaluwarsa pada kemasan untuk memastikan makanan masih layak dikonsumsi.
Pertolongan Pertama untuk Korban Keracunan Makanan
Dilansir dari Sja.org, berikut pertolongan pertama pada korban keracunan makanan:
1. Dorong mereka untuk minum banyak air untuk mencegah dehidrasi, khususnya:
- Jika mereka muntah, anjurkan mereka untuk minum air putih sedikit demi sedikit.
- Mengalami diare.
2. Carilah saran medis jika:
- Muntah banyak dan tidak dapat menahan cairan.
Ada darah dalam tinja. - Lansia atau orang dengan masalah kesehatan mendasar seperti diabetes, penyakit radang usus, atau penyakit ginjal.
- Pasien sedang hamil.
- Anda merasa orang tersebut mengalami dehidrasi (lansia, bayi, atau anak kecil memiliki risiko lebih besar.
2. Jangan minum obat antidiare kecuali jika secara khusus disarankan oleh tenaga kesehatan profesional.
3. Konsultasikan dengan dokter umum Anda atau hubungi 111 untuk mendapatkan saran. Dalam keadaan darurat, hubungi 999 atau 112.
4. Ketika mereka merasa lapar lagi, anjurkan mereka untuk makan makanan yang ringan, hambar, dan mudah dicerna, seperti roti, kerupuk beras, atau pisang.
5. Hindari alkohol, kafein, atau minuman bersoda.
6. Untuk mencegah penyebaran infeksi, anjurkan untuk mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air (bukan pembersih tangan).
7. Jangan masuk kerja atau sekolah setidaknya selama 48 jam setelah episode diare atau muntah terakhir.