Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sebagian restoran dan kafe di kawasan Sentul berdiri di masa pandemi Covid-19.
Tempat kuliner itu menawarkan pemandangan pegunungan dan sungai.
Pemerintah Kabupaten Bogor menjadikan kawasan Sentul sebagai kawasan industri pariwisata.
FANDHI Achmad merasakan betul perubahan lanskap di kawasan Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pelari gunung ini terbiasa berlatih di Sentul sejak 2014. Kala itu, pria yang akrab disapa Agi ini jarang sekali menemukan warung sebagai tempat beristirahat. Beragam pohon masih tegak berdiri di daerah tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Agi saat itu hanya menemukan satu warung kecil pada rute latihannya dari Desa Bojong Koneng hingga Cisadon. Tak ada bangunan restoran dan kafe ataupun vila di kawasan berbukit itu. “Namun, kini, semua berubah dengan banyak berdirinya bangunan yang menggantikan hutan," ujar Agi, 38 tahun, kepada M.A. Murtadho dari Tempo, Kamis, 7 April lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kawasan Sentul kini mulai dipadati beragam bangunan, seperti kafe, restoran, juga vila. Pepohonan digantikan oleh tiang-tiang bangunan. Beragam mobil dan sepeda motor berseliweran. Kondisi itu berbeda dengan beberapa tahun lalu, ketika Agi memutuskan berlatih lari di Sentul. Jalanan di Sentul saat itu lebih banyak yang belum diaspal. Pohon besar dan rindang masih dominan.
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bogor mencatat, hingga Rabu, 6 April lalu, setidaknya terdapat 40 akomodasi—vila dan hotel—serta 262 bangunan yang terdiri atas restoran dan kafe serta rumah makan di Sentul. Di kawasan itu juga terdapat 16 obyek wisata alam dan 17 obyek wisata buatan.
Kepala Seksi Pengelolaan Kawasan Strategis Pariwisata Dinas Pariwisata Bogor Safeli Sarif mengatakan Sentul masuk daerah industri pariwisata. “Kami berharap pariwisata itu akan berdampak meningkatnya pendapatan asli daerah dan ekonomi warga setempat," tuturnya.
Salah satu usaha yang memanfaatkan kawasan Sentul ialah Kopi Koneng Cafe, Resto, and Gallery. Tempat kuliner seluas 1 hektare yang berada di ketinggian 700 meter di atas permukaan laut itu berdiri pada awal 2021.
Manajer Kopi Koneng, Mulia Husein, mengatakan tanah yang kini bersalin rupa menjadi kafe dan restoran itu sebelumnya ditumbuhi semak belukar. Pemilik kafe memanfaatkan lahan itu menjadi tempat kuliner tersembunyi dengan pemandangan Gunung Salak. “Ini menjadi daya tarik bagi pengunjung,” katanya.
Kafe ini memiliki beragam fasilitas, antara lain enam saung makan, sarana bermain anak seperti ayunan dan perosotan, serta kebun binatang mini. Kopi Koneng menyajikan beragam makanan dan minuman dengan rentang harga Rp 12-95 ribu. Di kafe ini juga terdapat galeri berisi benda-benda lawas, seperti lukisan, sepeda motor, dan sepeda tua. Pengelola juga sedang mengembangkan area berkemah dengan fasilitas danau buatan.
Restoran dan kafe lain yang berdiri di kawasan Sentul di masa pandemi Covid-19 ialah Pendopo Ciherang. Tempat kuliner seluas 1 hektare ini buka sejak 29 Agustus 2020. Pendopo Ciherang berdiri di sepadan Sungai Ciherang, Desa Karang Tengah.
Koordinator Pendopo Ciherang, Sandi, menyebutkan tempat pelesiran itu memiliki beragam fasilitas, seperti taman bermain anak, kolam renang, dan lima unit vila. “Pendopo Ciherang memang dibangun seperti halnya resor di atas perbukitan yang dikelilingi kali,” ucapnya.
Makanan di Pendopo Ciherang dihargai Rp 30-100 ribu. Adapun tarif penginapannya Rp 1,2-2 juta per malam. Pemilik restoran dan kafe itu sedang memperluas area restoran dengan menambah fasilitas ruang rapat dan membangun tiga vila baru.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo