Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam catatan sejarah, Maluku termasuk Kota Ambon, pernah menjadi pusat perdagangan dan produksi cengkeh, pala, dan lada di dunia. Terutama di Kepulauan Banda. Pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20, wilayah ini bahkan menjadi sumber persaingan antara Belanda, Portugis, dan Inggris.
Selain kekayaan rempah-rempahnya, tanah Maluku juga diberkahi dengan pemandangan alam yang memukau, mulai dari pantai, gunung, hingga keindahan dunia bawah lautnya, yang selalu menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Selain itu, salah satu daya tarik utama Maluku adalah kuliner dan hidangannya yang mempunyai cita rasa khas dan unik. Dilansir dari Tasteatlas, inilah 6 makanan Khas Ambon yang sayang untuk dilewatkan:
1. Papeda
Papeda adalah hidangan tradisional Indonesia yang sering disebut sebagai variasi bubur lokal. Terbuat dari sagu, sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat asli Maluku dan Papua.
Papeda dibuat dengan tepung yang diekstrak dari tanaman, yaitu batang pohon sagu. Tepung kering kemudian dicampur dengan air, garam, dan gula secara energik. Tekstur akhir hidangan ini sangat tidak biasa: tebal, lengket, dan kental, mirip dengan bubur atau puding berwarna pucat.
2. Acar kuning
Acar kuning merupakan acar tradisional Indonesia yang sangat populer di Kepulauan Maluku. Acar ini terbuat dari campuran timun, wortel, cabai rawit, cuka, air, minyak, gula, garam, kemiri, bubuk kunyit, bawang merah, dan bawang putih.
Wortel, timun, dan cabai rawit dipotong serut atau diiris, kemudian dicampur dengan bumbu yang sudah digoreng dan air, lalu dimasak hingga sayur-sayuran menjadi empuk. Acar kuning segar berwarna kuning ini biasanya disajikan sebagai hidangan pelengkap nasi kuning.
3. Nasi jaha
Nasi jaha adalah kue ketan tradisional Indonesia yang berasal dari Maluku. Umumnya terbuat dari campuran ketan, beras biasa, santan kelapa, serai, dan daun jeruk purut. Beras tersebut dikukus dan dicampur dengan santan kelapa yang telah direbus bersama daun jeruk purut, serai, dan rempah-rempah seperti jahe, bawang merah, garam, dan gula.
Adonan tersebut diaduk dan dikukus, kemudian dibungkus dengan daun pisang dan diletakkan di batang bambu sebelum kue ketan dipanggang di atas bara api. Setelah matang, nasi jaha dimakan begitu saja.
4. Lapis palaro
Lapis palaro adalah hidangan tradisional Indonesia yang berasal dari Kepulauan Maluku. Pada umumnya, hidangan ini terbuat dari kombinasi daging sapi, tepung maizena, minyak, dan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, ketumbar, pala, jintan, cabai rawit, garam, dan gula.
Daging sapi dipotong menjadi irisan, kemudian diletakkan dalam wajan bersama bumbu dan air. Daging dimasak dengan api sedang hingga empuk, lalu diangkat dari wajan dan digoreng dengan minyak hingga berwarna cokelat keemasan. Tepung maizena dicampur dengan sisa kaldu dan dimasak menjadi saus yang disesuaikan rasa dengan garam dan gula sebelum disiramkan ke atas irisan daging sapi yang sudah digoreng.
5. Colo-colo
Colo-colo merupakan bumbu tradisional Indonesia yang berasal dari Ambon. Umumnya, bumbu ini terbuat dari campuran cabai rawit, tomat, bawang merah, gula, garam, air jeruk calamansi atau lemon, kenari, daun kemangi, dan ampas minyak kelapa hitam.
Jika ampas minyak tidak tersedia, seringkali digantikan dengan minyak biasa atau kecap manis yang dicampur dengan margarin. Bumbu ini biasanya disajikan sebagai pelengkap untuk ikan bakar atau goreng, seperti cumi-cumi, udang, ikan tongkol, ikan kelabau, dan kakap merah.
6. Sambal tappa
Sambal tappa adalah sejenis salad tradisional Indonesia yang berasal dari Ambon. Salad ini terbuat dari campuran ikan tuna, mangga muda, bawang merah, santan kelapa, garam, dan lada putih. Mangga dipotong serut, kemudian diberi garam dan diperas untuk menghilangkan sebanyak mungkin cairan. Setelah itu, mangga dicampur dengan tuna serpih, lada putih, santan kelapa, dan bawang merah dalam mangkuk besar. Sambal tappa biasanya disajikan dalam keadaan sangat dingin.
Pilihan Editor: Asal-usul Roti Maryam, Benarkah Makanan Khas Arab?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini