Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Santap Siang dengan Menu Khas Tomohon Mujair Woku Sineleyan

Cara memasak dengan mengukus ini membuat tekstur daging mujair tak berubah sama sekali.

7 Maret 2018 | 12.05 WIB

Penampakan mujair woku (kanan bawah), menu makan siang khas Minahasa, di Restoran Sineleyan, Tomohon, Sulawesi Utara. TEMPO/Francisca Christy Rosana
Perbesar
Penampakan mujair woku (kanan bawah), menu makan siang khas Minahasa, di Restoran Sineleyan, Tomohon, Sulawesi Utara. TEMPO/Francisca Christy Rosana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Tomohon – Mujair woku adalah menu khas Tomohon, Sulawesi Utara, yang sayang dilewatkan bila Anda sedang melancong ke kota itu. Masakan ini biasa dihidangkan di restoran-restoran setempat saat santap siang.

Salah satu restoran yang menjajakan mujair woku adalah Sineleyan. Tempat makan yang konon milik Wali Kota Tomohon Jimmy Eman tersebut berada di Jalan Raya Tomohon, Talete Satu, Tomohon Tengah. Letaknya tepat di tepi jalan utama yang menghubungkan Kota Manado dan Tomohon.

Baca juga: Tiga Tempat Ngopi Populer di Manado

Waktu tempuhnya 1 jam dari Manado. Setelah lelah melewati jalur dengan medan yang berliku-liku, Anda bisa mampir ke tempat ini dan langsung memesan mujair woku, menu andalannya.

Tak lama, sepiring mujair berkuah kuning lengkap dengan rempah-rempahnya bakal mendarat di meja. Inilah penampakan masakan kuah woku. Jahe, kemangi, kunyit, daun jeruk, dan daun pandan, yang mendominasi kuah menjadi ciri khas utamanya. Bebumbuan tersebut membikin ikan air tawar ini tercium sangat wangi.

Woku sebetulnya merupakan bumbu masakan khas Minahasa, yang dipakai untuk mengolah daging atau ikan-ikanan. Lantaran masyarakat di Tomohon banyak yang membudi daya mujair, ikan ini lantas jadi ikon utama masakan woku.

Mujair woku dibumbui dengan rempah-rempah yang komplet kemudian dikukus. Cara mengukusnya memakai daun woka. Daun woka adalah daun lontar yang juga umum dipakai untuk membungkus nasi.

Cara memasak dengan mengukus inilah yang membuat tekstur daging mujair tak berubah sama sekali. Bagian kepala, perut, sampai ekornya masih utuh dan segar. Serat-seratnya tidak rusak dan ketika masuk mulut, daging itu terasa juicy.

Mujair woku biasa disantap dengan nasi hangat dan cah kangkung. Juga tambah nikmat bila dicocol sambal dabu-dabu khas Manado.

Seekor mujair woku yang memiliki berat 600-800 gram di Restoran Sineleyan dihargai Rp 40 ribu. Bisa disantap berdua lantaran ukurannya cukup besar.

Sambil menyantap menu mujair woku yang berempah, pengunjung bisa menikmati suasana alam Tomohon yang sejuk dan persawahan yang membentang di sisi kanan restoran. Dapat juga sembari menyaksikan ikan-ikan mujair yang hidup di kolam, di bawah restoran apung itu.

FRANCISCA CHRISTY ROSANA

Artikel Lain: Sedapnya Menu Serba Ikan Khas Klungkung Bali

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Francisca Christy Rosana

Lulus dari Universitas Gadjah Mada jurusan Sastra Indonesia pada 2014, ia bergabung dengan Tempo pada 2015. Kini meliput isu politik untuk desk Nasional dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco. Ia meliput kunjungan apostolik Paus Fransiskus ke beberapa negara, termasuk Indonesia, pada 2024 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus