Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Saran Psikolog buat yang Mau Menikah Lagi setelah Bercerai

Jangan membandingkan pasangan baru dengan mantan saat memutuskan untuk menikah lagi setelah bercerai. Berikut saran psikolog.

27 Februari 2024 | 20.50 WIB

Ilustrasi pasangan bercerai. milligazette.com
Perbesar
Ilustrasi pasangan bercerai. milligazette.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog keluarga dan pernikahan Yulistin Puspaningrum menyebut pentingnya menghindari membandingkan pasangan baru dengan mantan saat memutuskan untuk menikah lagi setelah bercerai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita cari jodoh yang bisa menutup masa lalu, artinya tidak membandingkan dengan pasangan sebelumnya," kata lulusan Universitas Gadjah Mada itu, Selasa, 27 Februari 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia mengatakan setiap orang memiliki karakter dan kepribadian masing-masing. Karena itu sebaiknya tidak membandingkan calon pasangan baru dengan yang sebelumnya. Lebih baik fokus pada upaya untuk membangun keluarga bersama pasangan baru. Menurutnya, penting pula bagi pasangan untuk menghadirkan suasana layaknya pacaran dalam upaya membangun hubungan.

"Di dalam kehidupan berumah tangga mereka perlu waktu berdua kayak pacaran lagi. Kadang ada orang tua enggak tega ninggalin anaknya karena masih kecil, bisa minta saudara untuk jaga anaknya dulu," sarannya.

Pertimbangan keluarga
Apabila salah satunya sudah punya anak, ia mengatakan sebaiknya anak dikenalkan kepada calon pasangan baru dan diberi waktu agar bisa memahami dan menerima bahwa ibu atau ayahnya akan menikah dengan orang tersebut.

"Kalau dilihat pasangan karakternya oke, kita bujuk. Anak tetap enggak mau, segera diputuskan mau terus apa berhenti tetap mengutamakan anak," ujarnya.

Ia menekankan pentingnya mempertimbangkan perasaan dan pendapat anak dalam membuat keputusan menikah lagi setelah bercerai. Namun, jika anak tidak menerima kehadiran orang baru dalam hidup ayah atau ibunya tanpa alasan logis, seperti hanya tidak ingin orang tuanya bersama orang lain, Yulistin mengatakan pasangan bisa mempertimbangkan untuk melanjutkan hubungan karena bisa jadi penolakan terjadi karena anak belum memahami kebutuhan orang tuanya. Ia juga mengatakan perlunya mengkomunikasikan rencana pernikahan dengan keluarga besar.

"Kalau enggak setuju apa pertimbangannya? Kalau misal dirasa pertimbangannya enggak logis, sudah ambil jalan enggak perhatikan pertimbangan tadi," tandasnya.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus