Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Dampak Perceraian dan Fenomena Tanpa Peran Ayah Menurut Psikolog

Psikolog menyebut perceraian sebagai salah satu penyebab fenomena fatherless atau situasi anak kekurangan kehadiran dan peran ayah.

28 April 2024 | 23.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Laporan Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2023 angka pasangan yang bercerai di Indonesia mencapai 463.654 dengan 10 provinsi memiliki jumlah kasus perceraian tertinggi, yakni Jawa Barat 102.280, Jawa Timur 88.213, Jawa Tengah 76.367, Sumatera Utara 18.269, dan DKI Jakarta 17.263 kasus. Kemudian Provinsi Banten 16.158 kasus, Lampung 15.784, Sulawesi Selatan 14.612, Sumatera Selatan 11.450, dan Riau 10.141.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, Vera Itabiliana Hadiwidjojo, menyebut perceraian sebagai salah satu penyebab fenomena fatherless atau situasi anak kekurangan kehadiran dan peran ayah, baik secara fisik maupun mental.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Salah satu penyebab fenomena fatherless memang perceraian atau ayah tidak lagi ada dalam kehidupan anak,” kata Vera, Minggu, 28 April 2024.

Mengenai dampak buruk perceraian, Vera menekankan kehadiran sosok ayah dalam kehidupan anak dapat mempengaruhi cara berpikir dan pola perilaku anak saat menghadapi suatu hal, terutama ketika orang tua bercerai, kehadiran tersebut dapat mencegah anak melakukan berbagai tindakan yang patut diwaspadai. Contohnya perubahan sikap, yakni bersikap emosional secara berlebihan, menjadi pemberontak yang tidak mau bersekolah, atau melakukan hal-hal ekstrem lain.

Meski telah bercerai, ia menjelaskan seorang ayah tetap tidak boleh melupakan peran sebagai pemimpin keluarga. Orang tua perlu menurunkan rasa egois masing-masing sehingga anak tidak merasa ditempatkan dalam keadaan terjepit dalam masalah kedua belah pihak.

Atur jadwal pertemuan
Vera pun menyarankan untuk mencegah anak mengalami fenomena fatherless maupun merasa diabaikan. Orang tua harus bisa menjamin pemberian kasih sayang pada anak tetap mengalir melalui pembuatan jadwal pertemuan rutin.

“Jalinlah komunikasi rutin dengan anak, misalnya seperti tetap datang ke sekolah untuk menonton berbagai aktivitas anak, contohnya pertunjukan kelas atau yang lainnya,” ucap Vera.

Di sisi lain, agar hal tersebut tidak terjadi, ia mengingatkan seluruh ayah untuk tetap mendukung tumbuh kembang anak, baik secara materi maupun mental sebab setiap tindakan yang dilakukan orang tua dapat mempengaruhi segala aspek kehidupan anak di masa depan.

Ayah tetap harus punya waktu rutin untuk bertemu dan berkomunikasi dengan anak supaya anak tetap merasa punya arti bagi ayahnya,” jelas Vera.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus