Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyakit lupus mayoritas dialami anak perempuan. Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Alergi Imunologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Reni Ghrahani Majangsari, mengatakan anak perempuan lebih berisiko terkena lupus dibanding laki-laki.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Perbandingannya signifikan dibandingkan anak laki-laki, yakni sembilan banding satu, dan paling banyak dialami remaja berusia 11-12 tahun,” katanya pada seminar daring "Lupus Pada Anak", Selasa, 7 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Faktor yang banyak berperan anak perempuan lebih riskan terhadap lupus yakni hormon estrogen, salah satu jenis hormon seks wanita yang diproduksi oleh ovarium. Hormon ini berfungsi mengatur siklus menstruasi, menunjang kehamilan yang sehat, hingga membantu menjaga kesehatan jantung.
“Memang faktor hormonal, khususnya estrogen, banyak berperan dalam kejadiannya penyakit lupus karena hormon estrogen itu akan memperberat faktor peradanganmencetuskan peradangan pada anak-anak yang berpotensi atau menderita penyakit lupus,” jelas Reni.
Penyebab lupus hingga kini masih belum sepenuhnya diketahui. Namun kombinasi faktor di luar dan dalam tubuh, yaitu hormon, lingkungan, dan faktor genetik diduga berinteraksi sebagai penyebab. Laman Kementerian Kesehatan menyebut meningkatnya angka pertumbuhan penyakit lupus sebelum periode menstruasi atau selama masa kehamilan mendukung dugaan hormon, khususnya estrogen dan prolaktin, menjadi pencetus lupus.
Demam dan pucat
Penyakit lupus pada anak dapat ditandai salah satunya anak sering demam. Demam biasanya hilang timbul, tidak terlalu tinggi hingga demam tinggi. Selain itu, anak sering tampak pucat dan sering dirawat karena menderita demam yang berkepanjangan juga bisa jadi ciri lupus.
“Anak juga tampak lelah tanpa sebab yang jelas, bisa mengalami penurunan berat badan, dan kerontokan rambut,” ujar Reni.
Morning stiffness atau nyeri sendi dan otot serta badan kaku di pagi hari mungkin sering dialami anak dengan lupus.
Lupus adalah penyakit yang dapat melibatkan seluruh sistem organ. Maka, penyakit lupus dapat mengenai sistem saraf, paru-paru, sel-sel darah, baik sel darah merah maupun sel darah putih, sehingga dampaknya akan terjadi penurunan sel-sel darah merah, putih, juga trombosit, hingga pembesaran kelenjar getah bening.
“Kemudian juga mungkin dapat terjadi perlambatan pertumbuhan keremajaan atau pubernya terlambat,” jelasnya.