Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Kediri - Perancang busana Didiet Maulana terpikat dengan tenun ikat Kediri. Menurut Didiet, tenun Kediri memiliki ciri khas dan karakter kuat untuk bersaing di industri nasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Didiet Maulana Berbagi Tips Mencuci dan Merawat Kain Tenun
Kekaguman Didiet Maulana pada produk tenun Kediri ini disampaikan dalam pameran busana Dhoho Street Fashion 2018. Di acara yang berlangsung di Taman Sekartaji, Kamis 13 Desember 2018, Didiet mendesain 24 busana berbahan tenun ikat Kediri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di mata Didiet Maulana, tenun ikat Kediri memiliki ciri khas dan karakter kuat dengan pola geometris kontras dan berani. Ini tampak pada sejumlah motif khas tenun ikat Kediri seperti ceplok, kawung, tirto tirjo, kuncup, es lilin, bunga, gelombang air, dan motif abstrak.
"Dengan ciri ini, tenun Kediri bisa bersaing di pasar tenun nasional," kata Didiet Maulana kepada Tempo. Dengan bahan dan motif tersebut, tak sulit bagi Didiet Maulana untuk mendesain 24 pakaian dalam peragaan busana tersebut.
Setiap mode pakaian menampilkan ciri khas motif tenun Kediri menyesuaikan tema acara yang bertajuk Warisan Agung Panji Sekartaji. Sebagian motif diambil dari simbol kisah romansa klasik Raden Panji dan Dewi Sekartaji yang hidup di zaman Kerajaan Kediri.
Didiet Maulana bersama Ketua Dekranasda Kota Kediri Ferry Silviana Abu Bakar di acara Dhoho Street Fashion 2018 di Taman Sekartaji Kota Kediri. Istimewa
Didiet Maulana juga mengapresiasi pemilik usaha tenun yang melibatkan banyak tenaga kerja muda di Kediri. Secara tidak langsung, langkah ini akan membuat industri tenun Kediri hidup berkelanjutan karena melahirkan banyak penenun muda. "Pola pikir penenun Kediri sangat terbuka dengan melibatkan banyak pekerja muda," ucap Didiet Maulana memuji.
Baca juga: Lenny Agustin dan Didiet Maulana Tampil di Dhoho Street Fashion
Melalui acara Dhoho Street Fashion yang telah berjalan selama empat tahun ini, produk tenun Kediri bisa dikenal masyarakat dan menembus pasar internasional. Keterlibatan perancang busana ternama seperti Didiet Maulana dan Lenny Agustin juga diharapkan bisa mendongkrak produk tenun ini naik kelas.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar bahkan berani menggaransi kualitas produk tenun masyarakatnya. Dengan spesifikasi sama, tenun Kediri dijamin tak akan luntur saat dicuci dibanding tenun kota lain. "Saya sudah membuktikan itu," katanya.
Kehadiran Didiet Maulana dan Lenny Agustin diharapkan bisa membuka pengetahuan para perajin Kediri tentang strategi pasar. Abu Bakar berharap para perajin tak hanya memproduksi kain, tetapi mampu mendesain dan menjahit menjadi pakaian dengan mode mutakhir.
Mereka juga diminta aktif memantau perkembangan harga tenun nasional agar tak menjadi bulan-bulanan pasar. Abu Bakar mencontohkan, dalam sebuah kegiatan pameran, harga tenun Kediri hanya dibanderol Rp 250 ribu per potong. Sementara tenun dari kota lain dipatok Rp 750 ribu. "Orang tak akan ambil tenun kita karena melihat harganya. Tidak mungkin harga segitu benar-benar produk ATBM (alat tenun bukan mesin atau manual)," katanya.
Saat ini di Kediri terdapat lebih kurang 11 pemilik usaha tenun yang menyerap 500 pekerja. Mereka terkonsentrasi di Kelurahan Bandar Kidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri yang menjadi sentra kampung tenun.
Artikel lainnya: Didiet Maulana, Menekuni Kebaya karena Terinspirasi Nenek