Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

gaya-hidup

Sebab Pasangan Sering Memulai Pertengkaran tanpa Alasan?

Tidak peduli betapa tidak bergunanya pertengkaran ini, pasangan sering berbicara tentang beberapa masalah mendasar. Simak penjelasannya.

21 Desember 2022 | 22.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sangat mudah untuk melihat dan merasakan masalah yang ditimbulkan oleh pertengkaran dalam hubungan. Tetapi, ketegangan yang disebabkan oleh pasangan yang bertengkar tanpa alasan bisa lebih berbahaya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Meski Anda mungkin dapat segera menyelesaikan ketidaksepakatan kecil ini, seiring waktu, pertengkaran ini dapat menurunkan kualitas hubungan yang bisa menghasilkan tingkat kegelisahan dalam interaksi apapun dengan pasangan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tidak peduli betapa tidak bergunanya pertengkaran ini, pasangan sering berbicara tentang beberapa masalah mendasar soal yang memulai pertengkaran atau dengan hubungan yang dipertanyakan. 

“Saya telah menjalani seluruh sesi dengan pasangan tentang bagaimana seseorang memuat mesin pencuci piring,” kata terapis pasangan Tracy Ross. “Tapi ini bukan tentang mesin pencuci piring. Ini tentang mengingat satu sama lain dan saling menerima pengaruh.”

Orang yang bertengkar dalam contoh ini mungkin benar-benar mempertanyakan keterampilan mendengarkan pasangan atau empati, seperti apakah mereka tidak peduli dengan cara mereka? Tindakan mempengaruhi saya atau tentang membuat saya bahagia?

Di bawah ini, terapis memecah motivasi potensial di balik kecenderungan orang bertengkar tentang hal-hal acak atau tidak penting dan berbagi saran untuk mengurangi konflik semacamnya. Berikut lima alasan pasangan kerap memulai pertikaian tanpa alasan.

Pasangan mendambakan koneksi
Paling tidak, berseteru dengan seseorang memaksa perhatian yang mungkin hanya dicari pasangan dari Anda meskipun dengan cara yang tidak terlalu bagus. 

“Jika merasa kesepian, tidak terlihat, atau seolah-olah bukan prioritas bagi pasangan, orang mungkin memilih pertengkaran sebagai penawar untuk menjalin hubungan,” kata Ross.

Pasangan takut atau menolak gagasan tentang keintiman yang nyata
Beberapa orang mungkin benar-benar merasa sulit mentolerir terlalu banyak keharmonisan. Lagipula, keharmonisan sering menumbuhkan keintiman, kedekatan, dan hubungan, justru yang membuat banyak orang merasa tidak nyaman, kata psikolog klinis Abby Medcalf.

Mungkin pasangan suka menghindari keintiman daripada melakukan sesuatu yang rentan untuk membuka diri dan mempercayai perasaannya kepada Anda. Dalam hal ini, “Bertengkar tanpa alasan yang jelas adalah cara sempurna untuk menjaga jarak dan menjaga dirinya aman," ujar Medcalf.

Pasangan mungkin sangat takut patah hati jika terlalu dekat sehingga membuat konflik acak untuk mencegahnya. Ini adalah kecenderungan umum pada orang dengan gaya keterikatan tidak aman. Pada orang-orang ini ada ketakutan mendasar perhatian dan kasih sayang orang yang dicintai akan ditarik kapan saja. Mekanisme penanggulangannya adalah dengan bertengkar untuk mengalahkan pasangan.

Pasangan mencari keunggulan dalam hubungan
Orang yang bertengkar tanpa alasan melakukannya sebagai cara untuk memastikan ia mengendalikan hubungan dengan segala cara dan sangat nyata.

“Banyak orang merasa tidak nyaman ketika semuanya berjalan dengan baik,” kata Medcalf. "Itu membuat mereka merasa lepas kendali dan cemas, seolah-olah terus-menerus menunggu beban lain jatuh." 

Padahal, saat bertengkar ia melibatkan orang lain pada level tertentu, yang membuatnya merasa lebih baik karena setidaknya ia mengendalikan berbagai hal.

Begitulah cara pasangan belajar berkomunikasi sejak kecil
Dalam beberapa kasus, orang bahkan mungkin tidak menyadari pertengkaran kecil yang terus-menerus, terutama jika dicontohkan sebagai perilaku komunikasi biasa dalam rumah tangga masa kecil mereka.

“Bagaimana Anda melihat orang tua atau saudara saling berhubungan adalah bagaimana Anda mempelajari cara yang benar untuk berkomunikasi, mendengarkan, dan memahami diri sendiri,” papar Medcalf. 

Jika pasangan tumbuh di lingkungan di mana orang sekitar terus-menerus berseteru, mereka mungkin telah belajar bertengkar adalah cara menunjukkan kepada orang lain ia inya peduli. Karena itu, hal ini mungkin menjadi alasan mereka mengabadikan perilaku itu dalam diri pasangan.

Bertengkar tanpa alasan sudah menjadi kebiasaan pasangan 
Seperti perilaku hubungan negatif lain, semakin banyak pasangan bertengkar tanpa alasan semakin mudah hal itu menjadi kebiasaan dalam dirinya setiap menghadapi suatu persoalan, kata Ross. Bagaimana menghadapi pasangan yang gemar memulai pertikaian tanpa alasan?

Sejak awal, penting untuk berbelas kasih, tidak peduli betapa sulitnya itu, kata Medcalf. Mengingat hal di atas, pasangan yang memulai pertengkaran mungkin berakar dari rasa kesepian, ketakutan, atau ketidakamanan, semuanya adalah emosi yang membutuhkan perhatian.

Anda dapat mengurangi ketegangan dengan terlebih dulu menentukan emosi tertentu yang mendorongnya memicu konflik. Seringkali, orang yang argumentatif mungkin secara tidak sadar mengharapkan Anda untuk mencari tahu masalahnya dengan membaca pikirannya, kata Ross. 

Agar tidak jatuh ke dalam perangkap ini, luangkan waktu selama konflik yang tampaknya tidak berarti untuk bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, kata Medcalf. “Hentikan percakapan, katakan apa yang dirasakan, lalu tanyakan bagaimana perasaannya. Misalnya, Anda mungkin berkata, 'Tiba-tiba saya merasakan banyak ketegangan. Bagaimana perasaanmu saat ini?’” sarannya.

Pada awalnya, pasangan mungkin membelokkan atau menembak balik secara defensif. Tetapi, Anda dapat membimbingnya untuk mengkomunikasikan emosi yang sebenarnya dengan terus membagikan emosi sendiri. 

“Ingatlah bertengkar sebagian besar tidak disadari,” ujar Medcalf. “Mereka mungkin tidak menyadari melakukannya tetapi dengan meminta pasangan menyebutkan perasaannya lagi, Anda akan secara efektif membawa pasangan ke momen saat ini.”

Begitu pasangan mudah menyatakan emosinya secara terang-terangan, seperti, ‘Saya merasa kesal karena kamu tidak memperhitungkan kebutuhanku.’ Anda dapat menanggapi dan terhubung dengan perasaan itu daripada hanya bertengkar tentang apapu. Dengan cara ini, Anda berdua dapat berpartisipasi dalam percakapan yang produktif, yang menciptakan peluang untuk menjaga hubungan.

NABILA RAMADHANTY PUTRI DARMADI | WELL + GOO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus