Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Konsumsi sari kelapa atau nata de coco cukup tinggi saat Ramadan. Produk yang satu ini memang laris di pasaran lantaran segar dan enak dicampur es untuk buka puasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sayangnya, baru-baru ini beredar isu sari kelapa mengandung plastik. Menanggapi hal tersebut, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) lewat situs resminya pun angkat bicara.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Disebutkan dalam situs tersebut, sari kelapa merupakan pangan yang dibuat dari bahan baku air kelapa. Dalam kategori pangan, ia masuk ke dalam kelompok bahan baku berbasis buah. Adapun, pada proses pembuatannya, pangan yang menyerupai gel ini terbentuk dari jutaan benang selulosa yang berlapis-lapis.
“Sehingga menjadikan pangan ini mengandung serat tinggi yang baik untuk tubuh,” kata keterangan tersebut.
Benang serat tipis atau selulosa tersebut sering juga disebut sebagai serat pangan dan memang diperlukan dan penting untuk pencernaan. Lapisan yang banyak tersebut juga membuat sari kelapa bisa memerangkap cairan. Jika ditekan, cairan tersebut akan keluar dan yang tertinggal adalah benang-benang serat yang menyerupai lembaran tipis.
“Lembaran tipis ini lah yang diisukan atau disebut-sebut seolah-olah lembaran plastik,” tulisnya.
Potongan sari kelapa yang semula lembut kenyal bisa digigit putus, akan menjadi sangat liat, dan sangat sulit untuk disobek jika cairannya berkurang karena yang tertinggal adalah kumpulan benang-benang serat tipis.
“Mutu nata de coco yang baik ditandai dengan warnanya yang putih bersih, transparan, struktur kuat, tidak mudah hancur, tidak lengket, tidak berbau asam, serta tidak mengandung kotoran,” katanya.
BPOM juga mengajak masyarakat agar menjadi konsumen yang cerdas serta tidak mudah terpengaruh oleh isu yang beredar di media sosial. “Ingat selalu cek KLIK (cek Kemasan, cek Label, cek Izin edar, dan cek waktu Kadaluarsa) sebelum membeli atau mengonsumsi produk pangan,” tuturnya.