Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Selaput Ketuban bagi Vaginoplasti

Seorang ginekolog di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menemukan metode operasi membuat lubang vagina dengan selaput ketuban yang efektif dan murah. Sekitar 400 pasien telah membuktikannya.

12 September 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

VAGINOPLASTI di kalangan jet set Beverly Hills, Amerika Serikat, kini hampir identik dengan operasi plastik "aksesori" organ vital wanita. Penggemarnya berjibun. Tujuannya untuk kosmetik dan kepuasan seksual. Padahal, operasi yang memungkinkan lubang vagina menjadi rapat itu—konon memberi kepuasan seksual—sebetulnya bukanlah operasi untuk mengejar kepuasan seksual. Terapi itu semestinya dilakukan untuk penderita kelainan yang disebut agenesis vagina. Itulah kelainan pada wanita berupa ketiadaan lubang vagina. Penderita agenesis vagina lumayan banyak. Memang, di Indonesia tidak tersedia datanya. Namun, di Eropa, menurut sebuah penelitian dari 4.000-5.000 kelahiran terdapat seorang yang menderita kelainan itu. Kelainan itu bisa terjadi akibat gizi buruk. Vagina sebenarnya terbentuk dari saluran Muller yang timbul pada usia 6-8 minggu dari masa pembuahan sel telur dan sperma. Pada usia itu saluran sudah ada dua, dan suatu saat kedua saluran akan bertemu. Saluran bagian atas akan membentuk rahim dan saluran telur, sedangkan saluran bawah akan membentuk vagina. Ketika embrio sudah membesar, pada saluran bawah yang bertemu akan terbentuk lubang. Proses itu disebut rekanalisasi. Pada orang yang punya kelainan, rekanalisasi ini tidak terjadi. Rekanalisasi ini bisa terjadi seluruhnya, bisa juga terjadi sebagian. Pada agenesis keseluruhan, tidak akan ada vagina dan juga rahim. Sedangkan yang agenesis parsial hanya liang vaginanya yang tidak ada. Kelainan itu sebenarnya sudah dapat diketahui ketika bayi itu lahir. Dokter dapat memastikan apakah si bayi memiliki liang vagina atau tidak dengan memperhatikan betul-betul. Tapi, jika kelahiran ditolong oleh dukun atau dokter yang tidak memperhatikan hal itu, bentuk kelainan itu baru diketahui ketika anak menginjak usia haid. Jadi, anak baru dibawa ke dokter ketika ia tak kunjung mendapatkan menstruasi— salah satunya bisa disebabkan oleh agenesis vagina. Mungkin saja si anak sebenarnya sudah menstruasi tapi haidnya tidak bisa keluar karena tidak memiliki vagina. Selain itu, tak jarang kelainan baru disadari penderitanya setelah menikah dan mengalami kesulitan bersenggama. Penderita semacam itulah yang sesungguhnya membutuhkan pertolongan vaginoplasti. Kalangan medis sejak puluhan tahun lalu telah menemukan cara untuk mengoperasi agenesis vagina lewat cara yang disebut antara lain waarthon dan split graft. Kedua metode itu secara umum adalah pembentukan lubang vagina lewat operasi. Namun, cara itu kurang memuaskan. Belakangan, dr. Junisaf, 61 tahun, ahli kandungan dan ilmu kebidanan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, punya cara yang lebih baik. Ia mengembangkan teknik vaginoplasti dengan bahan selaput ketuban. Ini temuan Indonesia asli. Junisaflah yang merintis metode ini. Dikembangkan sejak 1990, teknik temuan Junisaf itu sampai kini telah menolong 400 pasien. Teknik dasar dari operasi vaginoplasti dengan bahan selaput ketuban ini sama dengan operasi split graft (cangkok belah). Caranya, setelah operasi pembuatan lubang vagina dilakukan, bagian itu dimasuki mold (benda bundar seperti alat kelamin laki-laki) yang dibungkus kulit yang dicomot dari bagian paha atau kulit pinggul pasien. Pembungkus mold bisa pula diambil dari usus. Setelah 10 hari dan kulit dikeluarkan, terapi masih terus berlangsung dengan penyumpalan mold dan penekanan terus-menerus lubang itu hingga si pasien menikah. Dalam beberapa kasus, operasi dengan bahan kulit itu mengandung kelemahan, terutama bagi pasien yang mempunyai bakat keloid (benjolan yang tumbuh dari bekas luka). Bagi yang berbakat keloid, benjolan yang tumbuh di bekas operasi bisa mempersempit lubang vagina. Kelemahan lain, karena kulit pembungkus itu bisa berkeringat, vagina menjadi berbau. Penggunaan bahan dari usus juga bisa menimbulkan infeksi dan rasa sakit pada perut bila pasien sedang bersenggama. Melihat berbagai kelemahan operasi dengan bahan dari kulit dan usus itu, Junisaf mengujicobakan selaput ketuban. Ia mengambil seluruh selaput ketuban, baik amnion (yang menghadap ke bayi) maupun chorion (yang menghadap ke rahim). Selaput ketuban dipilih yang bersih dan masih segar serta dari wanita pascaoperasi caesar, selaput ketuban itu dibungkuskan pada mold. Selaput ketuban itu berfungsi merangsang lapisan kulit. Setelah sepuluh hari, mold itu bisa diangkat. Biasanya tujuh hari setelah mold diangkat, lubang vagina mewujud selayaknya vagina normal. Namun, ia akan menjadi lubang vagina seperti milik wanita normal biasanya setelah tiga bulan. Vaginoplasti dengan selaput ketuban memiliki keunggulan. Selain berbiaya relatif murah, pun stok bahan ketuban bisa diperoleh kapan saja dan di rumah sakit mana saja. Asal ada wanita yang melahirkan melalui cara caesar, ketuban bisa diperoleh. Cara ini juga untuk menghindari infeksi. Efek samping medis operasi dengan ketuban ini hampir tidak ada. Sebaliknya, cara ini malah bisa meningkatkan imunitas, merangsang sirkulasi darah, dan merangsang epitelisasi. "Selain rasanya dingin, juga tidak berefek samping berupa rasa sakit," kata Junisaf. Karena efek operasi vaginoplasti tidak permanen, diharapkan pasien dioperasi paling cepat dua bulan sebelum pasien menikah. "Bila operasi dilakukan berbulan-bulan sebelumnya, dikhawatirkan lubang vagina semakin lama semakin kecil," tutur Junisaf. Tujuan pendek dari operasi ini adalah untuk memungkinkan persenggamaan dan kehamilan. Dalam jangka panjang, masih ada problem lain yang menghadang yaitu kesulitan saat melahirkan. Soalnya, pascaoperasi vaginoplasti, lubang vagina kemungkinan akan mengecil dan karena itu menyulitkan proses kelahiran bila penderita kelak hendak mempunyai anak.

Kelik M. Nugroho, Edy Budiyarso


Teknik Operasi Vaginoplasti
Setelah operasi pembuatan lubang vagina:
  • Bagian itu dimasuki mold (benda bundar seperti alat kelamin laki-laki) yang dibungkus kulit.
  • Setelah 10 hari dan kulit dikeluarkan, terapi masih terus berlangsung dengan penyumpalan mold dan penekanan terus-menerus lubang itu hingga si pasien menikah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus