Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Apakah saat Anda tidur sering mimpi? Atau tipe orang yang jarang bermimpi? Mimpi dapat diartikan berbeda oleh masing-masing orang. Ada yang menganggap mimpi merupakan bunga tidur ataupun pertanda atau firasat tertentu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Lantas mengapa saat tidur seseorang ada yang bermimpi atau tidak?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mengutip dari WebMd, mimpi merupakan gambar dan cerita yang tercipta oleh pikiran saat seseorang tidur. Mimpi juga terlihat nyata dan dapat memengaruhi perasaan, bisa menjadi senang, sedih, ataupun takut meski seringkali ‘cerita’ dalam mimpi tidak rasional atau masuk akal.
Mimpi dapat terjadi saat manusia dalam fase tidur rapid eye movement (REM), dimana otak paling aktif saat tidur. Bahkan, beberapa ahli mengatakan seseorang bermimpi 4-6 kali dalam satu malam. Saat tidur REM, mata bergerak namun tidak mengirimkan informasi visual pada otak.
Tidur REM terjadi saat 90 menit setelah tertidur dan bertahap. Pada tahap pertama, REM terjadi selama 10 menit dan tahap-tahap selanjutnya dapat berlangsung lebih lama dan pada tahap terakhir bisa terjadi selama satu jam.
Saat itu detak jantung dan pernapasan terjadi lebih cepat. REM ini merupakan tahapan penting karena dengan otak yang lebih aktif akan merangsang area otak untuk membantu pembelajaran dan dapat meningkatkan produksi protein.
Dalam laman health.clevelandclinic.org disebutkan jika saat tidur batang otak menghasilkan tidur REM dan otak depan menghasilkan mimpi.
Selanjutnya: Jika batang otak terluka..
Jika batang otak terluka, seseorang dapat bermimpi tetapi tidak tidur REM. Dan jika otak depan yang terluka terluka, seseorang dapat masuk ke tidur REM tetapi tidak bermimpi.
Suhu tubuh juga akan berubah mengikuti suhu ruangan tidur saat dalam fase tidur REM. Seperti penyebutannya, saat fase REM pupil juga ikut menyempit untuk melindungi mata saat terkena cahaya yang lebih terang.
Saat dalam tidur REM otot juga mengendur dan kehilangan kekuatannya sehingga ketika bermimpi, orang tersebut tidak melakukan secara langsung dan tidak melukai dirinya sendiri. Pada tidur REM, detak dan pernapasan juga menjadi tidak teratur terlebih bagi yang mengalami sleep apnea akan terlihat mencolok.
Dalam makalah yang dipublikasi oleh Beny Atmadja W. dokter Bedah Saraf Fakultas Kedokteran Unpad dan RS. Hasan Sadikin Bandung menyebut jika seseorang yang bangun pada saat tidur REM dan sedang bermimpi, seseorang dapat mengingat mimpinya.
Selanjutnya: Mimpi yang terjadi...
Menurutnya, mimpi yang terjadi dapat dipengaruhi oleh kejadian yang ada di sekitar tempat tidur, meski kadang mimpi terkesan tidak masuk akal.
Mengutip dari health.clevelandclinic.org, mimpi yang terjadi aneh atau tidak masuk akan karena kemungkinan terdapat hubungannya dengan neurotransmitter, yaitu bahan kimia otak.
Asetilkolin atau zat mempertahankan keaktifan otak seperti dopamin lebih menonjol sehingga mimpi terasa nyata. Hal ini juga mempengaruhi waktu dan ruang yang terjadi dalam mimpi.
Mengutip dari WebMd.com, mimpi dapat dilihat dari berbagai sisi dan banyak teori yang membahasnya. Meski beberapa peneliti mengatakan mimpi tidak memiliki makna atau tujuan, peneliti yang lain mimpi juga berkaitan dengan kesehatan fisik, mental, dan emosional.
Bahkan beberapa ahli berpendapat jika mimpi berfungsi sebagai proses emosi. Misalkan saat seseorang tidur dengan sesuatu yang mengganggu lalu bermimpi, saat bangun memungkinkan seseorang mendapat solusi atau setidaknya merasa lebih baik. Sehingga dapat membantu memecahkan masalah.
Selain itu, bermimpi juga dapat memasukkan kenangan karena beberapa mimpi dapat membantu membantu otak dalam memproses pikiran dan peristiwa.
TATA FERLIANA
Baca juga: 4 Mimpi Tentang Hubungan dari Jatuh Cinta hingga Selingkuh