Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Orang Jepang telah lama memuji natto sebagai makanan super. Makanan dari fermentasi kedelai ini memang mengandung vitamin dan gizi yang tinggi. Tapi bau seperti amonia dan berlendir, membuat wisatawan mancanegara enggan menyentuhnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tapi bukan hanya turis yang enggan mengudapnya. Sebuah survei tahun 2017 oleh Nifty, penyedia layanan internet di Jepang, menemukan bahwa hanya sekitar 62 persen orang Jepang yang benar-benar menikmati natto. Juga terungkap bahwa 13 persen yang tidak menyukai rasanya. Meskipun manfaat kesehatannya luar biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Natto sangat bau. Anda pasti memperhatikan aromanya,” kata Yuki Gomi, seorang koki Jepang yang mengelola sekolah memasak Yuki’s Kitchen di London sebagaimana diberitakan BBC. Tapi Yuki mengaku selalu menyimpannya di lemari es.
Malahan ia mengatakan natto adalah makanan pokok di rumahnya, se bagaimana keju dan yoghurt tersedia di banyak rumah tangga Barat.
Orang Jepang telah lama memuji natto sebagai makanan super dan percaya bisa meningkatkan aliran darah dan pengurangan risiko stroke.
Menurut situs berita Jepang SoraNews24, bahkan menyebut natto menjauhkan manusia dari kematian. Media itu mengutip penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal awal 2020. Menurut jurnal tersebut, para peneliti di National Cancer Center di Tokyo menemukan bahwa pria dan wanita yang mengudap natto setiap hari mengurangi risiko kematian akibat kanker, stroke, atau serangan jantung sebesar 10 persen.
Olahan sup dengan bahan natto. Foto: @aiko_tezuka_diary
“Makanan kedelai fermentasi cenderung kehilangan komponen [gizi] selama pemrosesan, yang dianggap sebagai salah satu alasan keterkaitan yang jelas antara konsumsi natto dan berkurangnya risiko penyakit kardiovaskular,” kata Shirakawa, salah satu tim peneliti.
Komponen nutrisi tersebut termasuk banyak protein, zat besi dan serat makanan, yang memiliki efek positif pada tekanan darah dan berat badan. Natto bahkan mungkin membantu orang merasa dan terlihat lebih muda.
Satu porsi (sekitar 40-50g) memiliki kadar vitamin K yang sama dengan kebutuhan harian yang ditetapkan oleh pemerintah Jepang dan dapat membantu mencegah osteoporosis. Natto juga dikemas dengan vitamin B6 dan vitamin E, yang menurut Shirakawa meningkatkan pergantian sel dan memperlambat penuaan kulit.
Tetapi kedelai fermentasi merupakan bagian integral dari diet Jepang jauh sebelum manfaat nutrisinya dipahami. Dr Samuel Yamashita, profesor sejarah Jepang di Pomona College di Claremont, California, mengatakan makanan tersebut pertama kali diperkenalkan ke Jepang dari Cina selama periode Nara (710-784 M).
"Catatan sejarah di Jepang menunjukkan bahwa meskipun natto diperkenalkan pada tahun 700-an, itu menjadi populer di kalangan bangsawan dan kestaria pada periode Kamakura (1192-1333) dan menjadi penting, bersama dengan tahu, dalam masakan vegetarian yang diilhami Buddha yang muncul dalam periode Muromachi berikutnya (1338-1573),” katanya.
Yamashita mengatakan natto berevolusi menjadi makanan pokok dalam diet Jepang pada periode Edo (1603-1867), ketika itu muncul dalam buku masak dan mulai tersedia di setiap rumah. Kacang kedelai direndam dalam air, direbus atau dikukus, kemudian dicampur dengan bakteri Bacillus subtilis. Lalu dibungkus dengan jerami dan dibiarkan berfermentasi selama sekitar satu hari, tergantung pada musim dan suhu.
Hari ini natto tersedia di toko-toko dan supermarket di seluruh Jepang. Satu set natto, biasanya berisi tiga wadah busa polystyrene kecil, harganya sekitar 100 hingga 300 yen Sekitar Rp10.000-30.000. Setiap wadah memiliki satu porsi natto dan paket kecil tare (campuran kecap) dan karashi (mustard panas).
Untuk menyiapkan natto, Anda cukup mengaduk tiga item dan kemudian tuangkan ramuan lengket di atas semangkuk nasi putih kukus. Bahan lain yang biasa digunakan untuk menambah rasa natto berupa cincang negi (daun bawang) dan telur mentah. Lalu bersiap memakan sesuatu yang lengket dan berlendir.
Natto dikreasikan dengan pasta dan telur mentah. Foto: @t.kurih
Di Jepang, natto umumnya untuk sarapan. Bila tak suka rasanya, abaikan saja dan lihat manfaat nutrisinya. Akemi Fukuta, seorang penjual perhiasan di distrik Ginza Tokyo, mengatakan dia memakannya beberapa kali seminggu karena dia merasa sehat dan lezat. Ia kerap membuat natto untuk makan malam putrinya yang berusia empat tahun, "Natto itu anugerah bagi para ibu yang sibuk," ujarnya.