Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Depresi merupakan gangguan mental serius yang dapat berdampak besar pada kehidupan seseorang. Namun, dalam banyak kasus, depresi pada pria sering kali tidak terdeteksi atau diabaikan. Hal ini disebabkan oleh faktor sosial dan budaya yang membentuk cara pria merespons emosi, penyakit, dan tantangan hidup.
Depresi pada Pria Kerap Tidak Disadari
Dilansir dari Well Sanfrancisco, sejak kecil, banyak pria menerima pesan bahwa mereka harus "kuat" dan tidak boleh menunjukkan kelemahan, termasuk dalam hal emosional. Stigma seperti "laki-laki tidak boleh menangis" atau "harus tegar" membuat mereka cenderung menekan perasaan dan tidak mengenali gejala depresi yang dialami. Budaya maskulinitas ini mengajarkan pria untuk menyembunyikan emosinya dan memprioritaskan ketangguhan di atas kesehatan mental mereka.
Selain itu, depresi pada pria sering kali tidak ditandai dengan kesedihan atau menangis, yang selama ini dianggap sebagai ciri utama depresi. Sebaliknya, mereka bisa kehilangan minat terhadap hobi, pekerjaan, atau bahkan kehidupan seksual. Karena pemahaman yang terbatas, banyak pria yang tidak menyadari bahwa mereka mengalami depresi dan malah menganggap diri mereka hanya lelah atau mengalami stres biasa.
Gejala Depresi pada Pria
Meskipun gejala utama depresi adalah suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat, pria cenderung menunjukkan tanda-tanda yang berbeda dari wanita. Dilansir dari harvard.edu. Beberapa gejala umum yang sering ditemukan pada pria meliputi:
1. Mudah marah dan iritabilitas
Pria yang mengalami depresi mungkin menjadi lebih mudah tersinggung dan menunjukkan perilaku agresif, mulai dari sering membentak pasangan hingga menunjukkan sikap kasar terhadap rekan kerja atau orang lain.
2. Perilaku berisiko
Termasuk penyalahgunaan alkohol dan narkoba, mengemudi ugal-ugalan, pengeluaran impulsif, serta terlibat dalam aktivitas ekstrem tanpa perlengkapan keamanan yang memadai.
3. Keluhan fisik
Sering kali pria mengungkapkan depresinya dalam bentuk keluhan fisik, seperti sakit kepala, nyeri punggung, masalah pencernaan, dan gangguan seksual, yang mungkin mereka anggap sebagai masalah kesehatan biasa.
4. Menghindari interaksi sosial
Banyak pria yang mengalami depresi memilih untuk mengisolasi diri dari keluarga dan teman-teman mereka, menghabiskan lebih banyak waktu sendiri, atau justru menenggelamkan diri dalam pekerjaan tanpa batasan.
5. Penurunan motivasi dan minat hidup
Kehilangan minat terhadap hobi, pekerjaan, dan kehidupan seksual bisa menjadi indikasi utama bahwa seseorang mengalami depresi.
Depresi Pria Sering Diabaikan
Menurut penelitian, pria memiliki risiko depresi seumur hidup sebesar 12 persen, tetapi mereka cenderung lebih jarang mencari bantuan medis dibandingkan wanita. Salah satu alasan utama adalah stigma yang masih melekat, di mana mengakui adanya gangguan mental dianggap sebagai tanda kelemahan.
Akibatnya, banyak pria yang memilih untuk mengatasi depresi dengan cara yang tidak sehat, seperti menenggelamkan diri dalam pekerjaan, menghindari interaksi sosial, atau bahkan menggunakan zat adiktif. Beberapa pria juga terlibat dalam kegiatan berisiko tinggi sebagai bentuk pelampiasan, yang dapat memperburuk kondisi mereka.
Yang lebih mengkhawatirkan, angka bunuh diri di kalangan pria jauh lebih tinggi dibandingkan wanita. Statistik menunjukkan bahwa pria memiliki risiko bunuh diri hingga empat kali lipat lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini terkait erat dengan kecenderungan pria untuk tidak mencari bantuan dan lebih memilih untuk menghadapi masalahnya sendiri tanpa dukungan emosional atau profesional.
Upaya Mengatasi Stigma dan Meningkatkan Kesadaran
Dilansir dari Mayoclinic.org, penting untuk meningkatkan kesadaran bahwa depresi bukanlah tanda kelemahan, melainkan kondisi medis yang dapat diobati. Berbagai platform daring kini tersedia untuk memberikan informasi dan dukungan bagi pria yang mengalami depresi tanpa harus merasa dihakimi.
Organisasi kesehatan mental juga semakin banyak menyediakan sumber daya yang dapat diakses secara anonim, sehingga pria yang enggan berbicara secara langsung dapat tetap mendapatkan bantuan. Konseling online dan komunitas berbasis digital juga menjadi pilihan bagi mereka yang merasa lebih nyaman mencari dukungan tanpa tatap muka.
Selain itu, dukungan dari lingkungan sekitar, seperti keluarga dan teman, sangat berperan dalam membantu pria yang mengalami depresi. Memahami bahwa emosi bukanlah tanda kelemahan, tetapi bagian alami dari kehidupan, dapat membantu menghilangkan stigma yang selama ini melekat. Percakapan terbuka mengenai kesehatan mental di antara pria juga dapat membantu mereka merasa lebih nyaman untuk mencari bantuan dan berbagi pengalaman.
Pilihan Editor: 5 Tanda Depresi Tersamar, Merusak Hidup tapi Selalu Disembunyikan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini