Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Broken heart syndrome atau dikenal sebagai sindrom patah hati sekilas terdengar remeh. Namun sejatinya sindrom ini memiliki komplikasi yang fatal, bahkan bisa berpotensi pada sakit jantung dan kematian. Apakah penyebabnya?
Apa Itu Broken Heart Syndrome?
Sindrom patah hati atau dikenal sebagai sindrom takotsubo adalah bentuk gagal jantung yang tiba-tiba. Sindrom ini diperkirakan dipicu oleh peristiwa kehidupan yang negatif, seperti ketakutan, kesedihan, atau konflik.
Selain itu, sindrom yang di barat disebut sebagai broken heart syndrome ini juga identik dengan kondisi melemahnya ventrikel sebelah kiri, ruang pemompaan utama jantung. Mengutip Harvard Health Publishing, kondisi ini biasanya terjadi akibat dari stres emosional atau fisik yang parah, seperti penyakit mendadak, kehilangan orang yang dicintai, kecelakaan serius, atau bencana alam seperti gempa bumi.
Kondisi Sindrom patah hati biasanya terjadi sementara. Tapi beberapa orang mungkin terus merasa tak enak badan setelah jantungnya sembuh. Mengutip Cleveland Clinic, orang dengan sindrom patah hati mungkin mengalami nyeri dada mendadak atau mengira mereka mengalami serangan jantung. Sindrom patah hati hanya mempengaruhi sebagian dari jantung. Ini secara singkat mengganggu cara jantung memompa darah. Ha itu memicu sejumlah komplikasi, yaitu:
a. Ruptur ventrikel kiri (dinding bebas) jantung.
b. Penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri.
c. Gagal jantung (jantung Anda tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda).
d. Bekuan darah di dinding ventrikel kiri.
e. Obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.
f. Syok kardiogenik.
g. Blok atrioventrikular lengkap.
h. Kematian.
Penyebab Sindrom Patah Hati
Baca: Sindrom Patah Hati: Gangguan Fungsi Jantung Dipengaruhi Stres Emosional
Melansir dari mayoclinic.com, penyebab pasti sindrom patah hati masih tidak jelas. Diperkirakan bahwa lonjakan hormon stres, seperti adrenalin, dapat merusak jantung beberapa orang untuk sementara. Bagaimana hormon-hormon ini bisa melukai jantung atau apakah ada hal lain yang bertanggung jawab tidak sepenuhnya jelas.
Pemerasan sementara arteri besar atau kecil di jantung mungkin berperan. Orang yang mengalami sindrom patah hati juga mungkin mengalami perubahan struktur otot jantung.
Umumnya, sindrom patah hati sering didahului dengan peristiwa fisik atau emosional yang intens. Apa pun yang menyebabkan respons emosional yang kuat dapat memicu kondisi tersebut. Contohnya termasuk:
a. Penyakit mendadak seperti serangan asma atau infeksi COVID-19.
b. Operasi besar.
c. Patah tulang tiba-tiba.
d. Kematian orang yang dicintai atau kehilangan lainnya.
Meskipun jarang, penggunaan obat-obatan tertentu dapat menyebabkan sindrom patah hati. Mereka termasuk:
a) Obat darurat yang digunakan untuk mengobati reaksi alergi parah atau serangan asma parah.
b) Beberapa obat digunakan untuk mengobati kecemasan.
c) Dekongestan hidung digunakan untuk mengobati hidung tersumbat.
d) Obat perangsang ilegal, seperti methamphetamine dan kokain.
Selalu beri tahu penyedia layanan kesehatan Anda tentang obat-obatan yang Anda minum, termasuk yang dibeli tanpa resep. Saat memulai pengobatan baru, bicarakan dengan penyedia Anda tentang potensi risiko dan efek sampingnya.
Ragam bahaya Sindrom Patah Hati
Masih menurut laman Mayo Clinic, sindrom patah hati memiliki beragam faktor risiko. Antara lain:
a. Gender, sindrom patah hati lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
b. Usia, kebanyakan orang yang mengalami sindrom patah hati berusia lebih dari 50 tahun.
c. Kondisi kesehatan jiwa, orang yang memiliki atau mengalami kecemasan atau depresi mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena sindrom patah hati.
Kebanyakan orang yang mengalami sindrom patah hati umumnya cepat pulih dan tidak memiliki efek jangka panjang. Namun terkadang kondisi tersebut terjadi lagi. Ini disebut kardiomiopati takotsubo berulang.
Adapun komplikasi yang bisa terjadi akibat sindrom pata hati, meliputi:
a. Ruptur ventrikel kiri (dinding bebas) jantung.
b. Penyumbatan aliran darah dari ventrikel kiri.
c. Gagal jantung (jantung Anda tidak dapat memompa cukup darah untuk memenuhi kebutuhan tubuh Anda).
d. Bekuan darah di dinding ventrikel kiri.
e. Obstruksi saluran keluar ventrikel kiri.
f. Syok kardiogenik.
g. Blok atrioventrikular lengkap.
h. Kematian.
Pencegahan Sindrom Patah Hati
Untuk mencegah episode lain dari sindrom patah hati, banyak penyedia layanan kesehatan merekomendasikan pengobatan jangka panjang dengan beta blocker atau obat serupa. Obat-obatan ini memblokir efek berbahaya dari hormon stres pada jantung.
Karena stres kronis dapat meningkatkan risiko sindrom patah hati, Anda dapat mengambil sejumlah cara untuk mengelola stres emosional dapat meningkatkan kesehatan jantung dan dapat membantu mencegah sindrom patah hati.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini