Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pertunjukan barongsai pasti akan Anda temui selama perayaan tahun baru Imlek. Atraksi yang menggunakan kostum singa besar ini biasanya ditampilkan dua orang, satu di kepala dan satu di ekor. Barongsai sering ditampilkan di tempat-tempat umum, seperti pusat perbelanjaan. Namun barongsai juga dapat dihadirkan dalam acara lain, seperti pernikahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain sebagai hiburan, pertunjukan tersebut ternyata memiliki makna tersendiri bagi kaum Tionghoa. Sosok singa yang digunakan dalam pertunjukan barongsai merupakan simbol dari keberanian, stabilitas, dan superioritas. Kepala singa merupakan lambang kekuatan dan umur panjang. Kemudian ekornya dipercaya sebagai lambang pengusir kesialan yang berada di tahun sebelumnya. Jika Anda perhatikan, barongsai memiliki cermin di bagian kepala yang berfungsi mengusir energi negatif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertunjukan barongsai sendiri dilakukan untuk mengusir roh jahat serta membawa keberuntungan bagi penonton. Karena itu, barongsai selalu diiringi musik, petasan, serta bunyi gong dan drum untuk menakuti roh jahat yang berada di sekitar. Di beberapa daerah, pertunjukan barongsai juga untuk menampilkan kemampuan murid-murid sekolah kung fu dalam beratraksi.
Ada beberapa legenda yang dipercaya sebagai awal mula pertunjukan barongsai. Salah satunya legenda tentang Nian, monster jahat berkepala singa yang meneror kaum Tionghoa pada tahun baru Cina. Menurut legenda, Nian akan datang pada hari pertama tahun baru dan mengambil harta, hasil panen, serta anak-anak. Lalu seorang biksu mencoba mengalahkan Nian dengan cara mengikatkan pita merah di sekitar tanduknya dan berhasil. Setelah itu, Nian berubah menjadi makhluk pelindung masyarakat.
Dengan adanya kepercayaan-kepercayaan di atas, muncul beberapa mitos yang harus dipatuhi selama pertunjukan barongsai. Penonton tidak diperbolehkan menyentuh tanduk dan kaca pada barongsai karena dianggap dapat membawa kesialan. Lalu penonton dilarang memberikan benda apa pun yang berwarna putih. Sebab, warna putih melambangkan kematian dan kesialan. Kemudian masyarakat Tionghoa juga dilarang menginjak kostum barongsai yang sedang tidak dipakai.
Mitos lainnya adalah mengenai keberuntungan. Barongsai biasanya akan diberi makan berupa sayuran seperti selada. Sayuran hijau (choi chang) dipilih karena bermakna keberuntungan dan kekayaan. Tidak jarang, sayur yang dimakan diikatkan dengan amplop merah berisi uang. Uang tersebut merupakan tanda terima kasih karena telah memberi keberuntungan. Barongsai kemudian akan “mengunyah” sayuran dan mengeluarkannya kembali ke arah penonton. Penonton yang mendapat "sisa makanan" dari barongsai dipercaya akan mendapat keberuntungan.
ASIAN INSPIRATIONS | SILVER KRIS | MAGNULIA SEMIAVANDA HANINDITA