Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pesta kembang api memeriahkan pergantian malam tahun baru di kawasan Taman Impian Jaya Ancol Jakarta Utara, pada Selasa dinihari tepat pukul 00.00 WIB. Pesta kembang api dimulai setelah pembawa acara di panggung hiburan di Pantai Carnaval, Ancol menghitung mundur mulai dari hitungan ke-10. Selama 13 menit, pengunjung menikmati warna-warni cahaya yang ditampilkan kembang api itu. Mari intip sejarah kembang api yang ternyata sudah dipelajari para ahli kimia sejak 800 Masehi.
Baca: Tahun Baru di Ancol, Ada Kembang Api 13 Menit dan Panjang 600 M
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebanyakan sejarawan berfikir kembang api ditemukan di Cina, meskipun beberapa berpendapat bahwa munculnya kembang api berasal dari daerah Timur Tengah atau India. Di suatu tempat sekitar 800 M, ahli kimia Cina mencampurkan senyawa kalium nitrat, sulfur dan arang untuk menciptakan mesiu mentah, menurut American Pyrotechnics Safety and Education Foundation. Dan kembang api bukan tujuan mereka.
Pesta kembang api menghiasi Pelabuhan Victoria dan Hong Kong Convention and Exhibition Centre saat perayaan malam Tahun Baru 2019 di Hong Kong, 1 Januari 2019. REUTERS/Tyrone Siu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mereka sebenarnya mencari resep untuk kehidupan kekal, tapi yang mereka ciptakan mengubah dunia. Begitu mereka menyadari apa yang telah mereka buat adalah ledakan, orang Cina percaya bahwa ledakan tersebut bisa mengusir roh jahat.
Untuk membuat beberapa kembang api pertama, para ahli kimia mengemas mesiu baru ke dalam rebung dan melemparkan tunas ke dalam api, yang menciptakan ledakan keras. Setelah itu, kembang api berevolusi. Tabung kertas menggantikan batang bambu, misalnya, dan bukannya melemparkan tabung dalam api, orang menambahkan sekring yang terbuat dari kertas tisu.
Pada abad ke-10, orang Cina telah mengetahui bahwa mereka dapat membuat bom dengan mesiu, dengan demikian mereka menempelkan petasan ke anak panah untuk menembak musuh. Setelah 200 tahun, kembang api diasah menjadi roket yang dapat ditembakkan ke musuh tanpa bantuan panah. Teknologi ini masih digunakan saat ini dalam pertunjukan kembang api.
Kembang api menghiasi langit dekat kuil Parthenon saat perayaan malam tahun baru 2019 di Bukit Acropolis, Atena, Yunani, 1 Januari 2019. REUTERS/Alkis Konstantinidis
Pada 1295, seorang penjelajah, Marco Polo membawa kembang api ke Eropa dari Asia. Namun, menurut lembaga riset Smithsonian, orang Eropa mengenalnya sebagai senjata mesiu selama Perang Salib beberapa tahun sebelumnya. Kemudian, sekitar abad ke-13, bubuk mesiu dan resep sampai ke Eropa dan Arab melalui diplomat lain, penjelajah dan misionaris Fransiskan.
Dari sana, Barat mengembangkan teknologi kembang api menjadi senjata yang lebih kuat yang kita kenal sekarang sebagai meriam dan musket. Orang-orang di Barat masih mempertahankan gagasan asli tentang kembang api dan menggunakannya selama perayaan. Penghibur juga menggunakan kembang api sebagai medianya di Inggris pada abad pertengahan.
Baca: Malam Tahun Baru, Ini Pengganti Pesta Kembang Api di Setu Babakan
Di Inggris, para penguasa menggunakan pertunjukan kembang api untuk menghibur pengikutnya. Pertunjukan kembang api kerajaan pertama diperkirakan terjadi pada hari pernikahan raja Inggris, Henry VII pada 1486. Tidak kalah, kaisar Rusia pertama yang dijuluki Czar Peter the Great of Russia juga mengadakan pertunjukan kembang api selama 5 jam untuk menandai kelahiran putranya.
LIVE SCIENCE | AMERICAN CHEMICAL SOCIETY | AMERICAN PYROTECHNICS SAFETY AND EDUCATION FOUNDATION | HISTORY.COM