Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Monosodium glutamate (MSG) adalah zat penambah rasa pada makanan yang dapat menghasilkan rasa umami atau gurih. Dalam penggunaannya, MSG akan menghasilkan rasa yang cukup kuat meski hanya sedikit. Guru Besar bidang Rekayasa Proses Pangan IPB, Profesor Dede Robiatul Adawiyah, mengatakan tidak ada perbedaan takaran antara MSG fortifikasi dan biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau makanan itu harus ada rasanya. Umami senyawa standarnya adalah MSG. Untuk membuat rasa gurih atau umami hanya menambahkan sedikit saja, 0,01 gram saja sudah (cukup),” kata Dede dalam gelar wicara “Cinta Pakai Micin, Why Not?” yang diadakan olehPerkumpulan Pabrik Mononatrium Glutamat dan Asam Glutamat Indonesia P2MI (P2MI) di Jakarta pada Senin, 17 April 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Inovasi pada bahan pangan yang semakin berkembang, salah satunya penambahan zat pelengkap atau fortifikasi, jadi umum pada MSG. Beberapa produk MSG dapat diberi tambahan zat pelengkap seperti yodium, zat besi, dan vitamin A. Biasanya, penambahan zat pelengkap tersebut dilakukan untuk meningkatkan status gizi dalam MSG.
MSG fortifikasi
Meski hanya digunakan sebagai bumbu penyedap rasa pada makanan, MSG fortifikasi dinilai dapat menjadi terobosan dalam teknologi pangan terkini. Ada sedikit perbedaan kandungan antara MSG fortifikasi dan biasa tetapi tidak ada perbedaan dalam takaran penggunaan. Menurut Dede, bahan dasar MSG fortifikasi dan biasa yang sama membuat takaran penggunaannya pun sama.
“Sebetulnya mungkin ada tapi kalau dia basisnya adalah MSG kemudian difortifikasi, basisnya tetap MSG. Kebetulan dia MSG yang mengandung vitamin A atau yodium, misalnya. Jadi, takarannya takaran MSG (biasa),” ujar Dede.
Ia juga mengingatkan untuk menggunakan MSG sesuai takaran meski menggunakan MSG fortifikasi untuk menghindari terkena sindrom restoran Cina (CSR), yaitu gejala kelebihan MSG seperti sakit kepala, mual, dan lemas. Ia juga menjelaskan takaran setiap negara terhadap MSG tergantung kebijakan pihak pengawas makanan yang berwenang. Badan Pengawas Obat dan Minuman (BPOM) menganjurkan menggunakan MSG secukupnya untuk menghindari CRS.
“Kalau dilihat dari toksisitas, rendah. ADI (dosis yang setiap hari diperbolehkan) tidak dinyatakan, tetapi bervariasi,” tutur Dede.
Pilihan Editor: Sebab Lansia Butuh Asupan Asam Amino Glutamat