Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Terapi reperfusi prosedur pengobatan untuk memulihkan aliran darah yang tersumbat. Terapi ini biasanya diterapkan untuk pengobatan penyakit jantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Terapi reperfusi yang dilakukan dengan alat biasanya meliputi prosedur bedah invasif minimal, seperti dengan percutaneous coronary intervention atau PCI jantung. Terkadang, prosedur PCI jantung ini juga diikuti dengan angioplasti atau membuka pembuluh darah, dikutip dari Mayo Clinic.
Penerapan terapi reperfusi
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Penggunaan terapi reperfusi mengurangi risiko serangan jantung. Mengutip dari Science Direct, serangan jantung atau Infark Miokard Akut (IMA) tersebab penyumbatan mendadak arteri koroner, salah satu pembuluh yang memasok oksigen dan nutrisi ke otot jantung. Terapi reperfusi yang efektif membuka kembali penyumbatan yang tepat dan berkelanjutan.
Mengutip Nature, perkembangan pertama dalam terapi reperfusi penerapan perantara fibrinolitik untuk melarutkan bekuan darah yang menyebabkan penyumbatan pembuluh.
Penelitian yang dikutip dari Escardio.org juga menyebutkan, rata-rata perantara fibrinolitik bisa mengurangi risiko kematian terkait serangan jantung sebesar 18 persen dibandingkan tanpa terapi reperfusi.
1. Terapi berbasis kateter
Terapi ini membuka arteri koroner dengan kateter balon dan patensi pembuluh darah biasanya distabilkan dengan penempatan stent. Reperfusi berbasis kateter biasanya menyelamatkan sekitar 60 persen otot jantung yang berisiko.
2. Terapi obat antitrombotik tambahan
Terapi ini mencegah pembentukan gumpalan berulang. Terapi jenis ini juga berpotensi menyelamatkan nyawa orang yang mengalami serangan jantung.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.