Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sarapan sering dilewatkan banyak orang dengan alasan terburu-buru, tidak biasa, atau belum lapar di pagi hari. Menurut pakar, sarapan pagi idealnya berupa kombinasi protein, serat, dan lemak yang menstabilkan gula darah, memberi energi, dan membuat kenyang sehingga cenderung tidak makan berlebihan di siang hari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Channel News Asia, pakar diet Lindsay Malone mengatakan sebagian orang cocok dengan sarapan namun juga merasa tidak ada masalah jika tidak sarapan. Tetapi, mungkin ada konsekuensi yang tidak diperhatikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jika seseorang makan atau ngemil menjelang tidur, tubuh mungkin masih mencerna makanan dari malam sebelumnya. Namun saat melewatkan sarapan, kalori yang hilang akan digantikan pada saat sesi makan pada hari itu.
"Dan kemudian Anda mungkin makan sepertiga kebutuhan kalori dengan ngemil setelah makan malam," jelas Malone.
Tubuh yang mencerna lebih banyak makanan saat seharusnya beristirahat dapat menyebabkan kualitas tidur lebih buruk dan kenaikan berat badan, tambahnya. Secara fisiologis, banyak mekanisme yang berperan untuk mendorong tubuh makan di pagi hari," kata Ivory Loh, ahli gizi di Seattle, Amerika Serikat.
Abaikan isyarat lapar
Jika sudah bertahun-tahun melewatkan sarapan, tubuh mungkin berhenti mengirimkan isyarat lapar yang selama ini diabaikan. Selain itu, sarapan dengan kopi atau yang dicampur susu dapat menekan nafsu makan dan memberi sedikit energi. Akibatnya menjadi tidak fokus dan tidak menyadari efek kopi telah hilang lalu beberapa jam kemudian akan terasa sangat lapar.
"Seolah-olah tubuh mengirim pesan teks dengan tenang dan Anda tidak menjawabnya. Lalu tubuh mulai memanggil, menelepon dengan cepat. Saat Anda mulai memperhatikan, tubuh berteriak dengan nada mendesak," kata Loh.
Sering kali, saat itulah kita mengejar ketertinggalan dengan makanan yang mudah didapat. Meskipun rasa lapar diabaikan, Lauren Au, profesor madya nutrisi di Universitas California Davis, mengatakan setidaknya perlu makan seperti yogurt serta pisang. Pilihan lain termasuk smoothie atau satu sendok kolagen dalam kopi untuk protein, tambah Malone.
Malone mengatakan jika orang membatasi jam makan dalam sehari, atau dikenal sebagai puasa intermiten, dapat membantu penurunan berat badan yang sedang dan menstabilkan gula darah bagi penderita diabetes tipe 2, namun tidak boleh asal-asalan. Penderita diabetes khususnya, harus berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk membuat rencana karena gula darah tinggi atau rendah dapat berbahaya.
"Sarapan mungkin tidak cocok untuk setiap orang. Jika Anda mendapatkan cukup nutrisi untuk tubuh di siang hari, itu bagus, Jangan jadikan itu sebagai renungan," saran Loh.