Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Saat Natal dan Tahun Baru (libur Nataru), atau di masa liburan, Anda mungkin akan kedatangan banyak tamu atau ada acara kumpul keluarga. Masa-masa ini bisa bikin stres, terutama bila ada anggota keluarga yang mengalami demensia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Masa libur bisa membingungkan dan terasa berat buat penderita demensia dan juga yang merawatnya setiap hari. Salah satu alasannya adalah perubahan rutinitas harian," kata Jessica Corona-Irwin, perawat dan praktisi demensia di Remo Health di Amerika Serikat kepada Fox News Digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Beberapa pakar membagi tips berikut untuk membantu pasien demensia, anggota keluarga, dan orang yang merawat pasien agar hari-hari libur Nataru berjalan mulus dan minim stres.
Jelaskan kondisi pada tamu dan kerabat
Saat kumpul keluarga atau teman, mereka mungkin tak tahu ada anggota keluarga Anda yang menderita demensia. "Minta para tamu untuk sabar, hindari mengkoreksi atau menginterupsi, dan beri waktu pasien itu untuk mengekspresikan diri. Sedikit persiapan dan pengertian membantu menciptakan atmosfer yang lebih positif," saran Kate Granigan, ketua dewan Aging Life Care Association di Boston.
Bersikap sekonsisten mungkin
Penting untuk terus menjaga waktu makan, tidur, dan bermacam aktivitas lain pada waktu yang sama selama hari libur, kata Corona-Irwin. "Jika perlu perubahan, buatlah secara bertahap dan komunikasikan dengan jelas," katanya.
Permudah lingkungan sekitar
Jaga lingkungan sekitar semudah mungkin buat pasien demensia, imbau Dr. Tina Sadarangani, pengajar di Universitas New York serta pendiri aplikasi CareMobi dan The Enlightened Caregiver. "Buat dekorasi sefamiliar mungkin, hindari permainan cahaya atau suara keras yang terlalu mengganggu," ujarnya.
Bicaralah dengan jelas dan sabar
Buat para penderita demensia, mengikuti percapakan orang lain bisa sangat menantang, terutama bila pembicaraan terlalu banyak dan ribut, menurut Dr. Michele Nealon, presiden The Chicago School yang berfokus pada psikologi dan sains terkait perilaku.
Jaga tradisi keluarga
Jaga tradisi keluarga yang sudah akrab dikenal pasien demensia. Berfokuslah pada yang bisa mereka lakukan, bukan yang tak bisa dilakukan. "Libatkan mereka pada aktivitas sederhana tapi bermakna, seperti melipat serbet atau menyusun album foto," saran Sadarangani.
Sediakan lingkungan yang tenang
Saat hari libur, rumah biasanya selalu sibuk dan berisik yang bisa mengganggu penderita demensia, kata Nealon. "Kalau bisa, sediakan tempat atau ruangan yang tenang sehingga mereka bisa istirahat bila perlu," katanya.
Prioritaskan perawatan diri
Buat orang yang merawat, Sadarangi menekankan pentingnya menetapkan ekspektasi yang realistis dan prioritaskan perawatan diri. Jangan segan meminta bantuan jika memang membutuhkan.
"Perawat bisa merasa lelah fisik dan emosional dan bahkan istirahat singkat sekali pun bisa membantu mengurangi stres dan menghindari burnout. Minta bantuan, bagi tanggung jawab dengan anggota keluarga lainnya," papar Nealon.
Pilihan Editor: Psikiater Sebut 5 Gejala Demensia yang Mudah Dikenali