Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rokok Pangkal Bodoh
Wahai para perokok, sadarlah. Kualitas otak menurun bila Anda terus tenggelam dalam kecanduan rokok. Sel-sel otak digerogoti, hingga tingkat inteligensia (IQ) pun anjlok. Begitulah hasil riset yang dilakukan tim ilmuwan dari Universitas Aberdeen, Skotlandia.
Tidak tanggung-tanggung, demi mendapatkan gambaran komprehensif, riset berlangsung selama 60 tahun. Para ilmuwan dalam riset ini dipimpin oleh Profesor Lawrence Whalley dari Departemen Kesehatan Mental, Universitas Aberdeen, Skotlandia. Mereka meneliti kemampuan kog-nitif dari 465 orang relawan yang separuh di antaranya adalah perokok.
Pada 1947, para responden, yang saat itu berumur sekitar 11 tahun, menjalani tes kognitif yang pertama. Tes meliputi uji kemampuan verbal, daya ingat, daya analisis, kecepatan memproses informasi, dan kemampuan mencapai keputusan. Tes serupa diulang pada tahun 2000-2002, ketika responden berusia sekitar 64 tahun.
Hasilnya, seperti dilaporkan BBC Health News, pekan lalu, para perokok memiliki kemampuan kognisi yang lebih buruk dibanding mantan atau orang yang tidak pernah merokok. Menurut Whalley, hal ini terjadi karena sel saraf atau neuron otak amat peka terhadap radikal bebas yang dikandung rokok. Jadi, "Neuron mereka banyak yang rusak berat dan susah menjalankan fungsinya dengan baik," kata Whalley.
Laptop dan Kemandulan
Kini saatnya Anda menyetop kebiasaan buruk: memangku komputer jinjing atawa laptop. Riset membuktikan, kebiasaan ini berisiko menyebabkan kemandulan di kemudian hari. Suhu tinggi yang dihasilkan laptop bisa menjalar dan memanaskan kantong zakar (skrotum). Akibatnya, kualitas dan jumlah produksi sperma pun merosot.
Adalah Dr. Yefim Sheynkin, ahli urologi dari Universitas Negeri New York, Amerika Serikat, yang meneliti kaitan laptop dan kemandulan ini. Sheynkin telah menguji penggunaan laptop pada 29 pria muda, usia 21-35 tahun, yang sehat walafiat.
Hasilnya cukup menarik. Pada saat laptop menyala, temperatur skrotum kiri responden meningkat sampai 2,8 derajat Fahrenheit. Bahkan, saat laptop tidak menyala pun, suhu skrotum responden meningkat hingga 2,1 derajat Fahrenheit. Artinya, "Ada pemanasan lokal sebagai efek dari energi panas yang dipancarkan laptop," kata Sheynkin
Sementara ini, para ahli belum bisa memastikan berapa waktu maksimal laptop bisa dipangku. "Memangku laptop dalam waktu singkat pun bisa meningkatkan suhu teskular," kata Sheynkin. Bila kebiasaan memangku laptop terus dilakukan, efek terhadap kesuburan baru akan dirasakan 15-20 tahun kemudian.
Tuli karena Dugem
Sesekali dugem, istilah anak muda untuk hura-hura di dunia gemerlap, memang bisa jadi sarana pelepas lelah. Tapi, tak baik bila kelewat sering berdugem. Selain bisa membikin kanker (kantong kering), terlalu sering dugem juga berisiko menggerus kesehatan telinga.
Musik yang biasa diputar di klub, kafe, dan diskotek memang super kencang, bahkan kerap melampaui 110 desibel. Keributan yang timbul kira-kira sama dengan suara pesawat yang jet lepas landas. "Bisa membikin tuli," demikian laporan para ahli yang tergabung dalam Royal National Institute for the Deaf (RNID), Inggris. Sebagai catatan, kekuatan suara yang sanggup didengar manusia normal hanyalah 50 desibel, ini setara dengan suara dalam perbincangan normal.
Mark Hoda, ilmuwan dari RNID, menjelaskan bahwa ketulian biasanya terjadi secara kumulatif dan perlahan-lahan. Itulah sebabnya, efek suara bising dari musik di pub-diskotek-kafe juga tidak dirasakan secara langsung. Gejala awal biasanya adalah telinga berdenging dan hilang pendengaran beberapa waktu setelah keluar dari klub malam. Jika kondisi ini terus berulang setelah 24 jam kemudian, apalagi jika yang bersangkutan memaksakan diri terus menikmati musik berisik, denging yang permanen pun akan muncul. Pada saat inilah daya pendengaran benar-benar telah hilang.
Mark Hoda menambahkan, di seluruh Inggris saat ini ada 170 ribu orang yang menderita ketulian akibat kondisi kerja yang tak sehat. Dan dalam 20 tahun terakhir, melesatnya bisnis dunia malam yang riuh telah mengakibatkan pendengaran kelompok usia muda juga terkena imbas.
Reuters, BBC Health News
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo