Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Lebaran tidak selalu harus membeli pakaian serba baru.
Sejumlah orang memadupadankan busana lama dengan baru untuk Lebaran.
Aksesori bisa menjadi statement menarik dan memperkaya gaya pada baju lama.
EUFORIA Lebaran yang lekat dengan baju baru makin bersemi seusai masa pandemi. Sejumlah pusat belanja menggelar potongan harga besar-besaran, ditambah pekan bazar yang produknya sungguh memanjakan mata. Namun, di balik tren baju Lebaran baru, terdapat pula masyarakat yang tetap setia mengenakan baju lama untuk merayakan hari penuh sukacita.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Titu Eka Parlina, seorang guru di sekolah swasta di Yogyakarta, mengatakan keluarganya memutuskan tidak membeli baju Lebaran sejak anak-anaknya beranjak dewasa. Alasannya, beli baju bisa pada hari lain dan malas antre di pusat belanja saat puasa. Masih ada baju lain yang jarang dipakai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bagi Titu, baju Lebaran yang dipakai biasanya berupa gamis untuk berangkat salat Id dan berkeliling ke rumah tetangga atau kerabat dekat. Kalau harus pergi berkunjung ke lokasi yang jauh, dia bisa berganti kostum tiga bagian, yang terdiri atas blus, outer, dan celana.
“Cara padu padannya main warna saja," ucap ibu dua anak ini saat dihubungi Tempo, 19 Maret 2024. Kalau gamis warna gelap, bisa pakai pasmina warna terang, ditambah aksesori berupa bros. Kadang gamis polos dipadu dengan outer bermotif. "Aku biasa memilih look busana yang lebih feminin saat Lebaran, ditambah makeup yang fresh dan natural saja.”
Senada dengan Titu, Apriliana Tanwahyuni sudah dua tahun Lebaran tidak membeli baju baru. Alasannya sederhana, pakaian lama masih layak dipakai. Selain itu, ia menanamkan pengertian kepada anak-anaknya agar tidak berpikir bahwa Lebaran harus memakai baju baru.
Model wanita mengenakan busana muslim pada Ramadhan Festive di Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, 28 Maret 2024. ANTARA/Aloysius Jarot Nugroho
Dulu, ia mengatakan, orang tuanya sangat perhatian pada baju Lebaran. Minimal harus punya satu. "Sejak orang tua tidak ada, saya juga tidak mudik. Tradisi Lebaran di kompleks juga hanya salaman setelah salat Id. Tidak berkunjung ke rumah-rumah seperti tradisi Lebaran di Pontianak,” ucap perempuan 36 tahun yang dihubungi pada 19 Maret lalu ini.
Apriliana pun mengaku tidak terlalu ribet dengan baju Lebaran. Ia cukup memadukan gamis polos dengan kerudung bermotif. Begitu pun sebaliknya. “Kalau bagi aku, sih, yang terpenting faktor kenyamanan dan kasual saat dipakai,” kata ibu dua anak ini.
Baju Lebaran ternyata juga bukan faktor kebutuhan bagi The Istorini. Karena itu, ia memutuskan tidak membeli baju Lebaran sejak lima tahun lalu. “Aku kadang sudah membeli baju jauh sebelum Lebaran yang masih bisa dipakai saat Lebaran dan ada stok baju yang belum pernah atau jarang dipakai,” tutur perempuan yang bekerja sebagai kreator konten ini.
Istorini biasanya menyiasati baju lama dengan padu padan berupa mix atasan, bawahan, dan kerudung karena lebih simpel. Ia juga tidak terlalu suka dengan aksesori. Maka ia menambahkan tas dan sepatu yang menjadi on point.
“Biasanya, kalau Lebaran hari pertama, aku pakai gamis. Setelah itu blus dipadukan dengan rok. Look-nya simpel, rapi, dan terlihat cantik. Aku lebih nyaman mengenakan baju dengan bahan maxmara karena cantik dan elegan,” ucapnya saat dihubungi pada 19 Maret lalu.
Konsep baju lama bersemi kembali seperti yang dipilih Titu Eka Parlina, Apriliana Tanwahyuni, dan The Istorini ternyata sejalan dengan semangat fashion berkelanjutan dengan konsep upcycle. Ini adalah proses daur ulang yang mengubah barang asli menjadi barang yang memiliki kemanfaatan baru tanpa menghilangkan bentuk asli suatu barang. Mereka sudah maju satu langkah untuk ambil bagian dalam penerapan fashion berkelanjutan.
Menurut desainer Indonesian Fashion Chamber, Lisa Fitria, jika seseorang memiliki banyak baju lama, bisa dikreasikan dengan menambahkan detail aplikasi. Misalnya renda, patchwork, payet, atau manik-manik agar menambah kesan glamor.
Sejumlah model memperagakan busana saat Muslim Fashion Runway di Surabaya, Jawa Timur, 15 Maret 2024. ANTARA/Didik Suhartono
Gambarannya, Anda bisa memilih blus dan rok lama dipadu dengan outer yang baru. Lalu celana kulot lebar dengan atasan tunik baru. Bisa pula memakai long dress lama ditambah belt atau obi baru. Baju lama juga bisa di-styling dengan beragam look, seperti vintage, bohemian, atau Arabian.
Ia mengatakan detail kecil juga menarik untuk dijadikan pilihan, seperti mengganti model kancing di baju lama dengan kancing yang lebih modern dan fresh. "Nah, dari segi look, kita juga bisa main di-styling saat memakainya. Misalnya, kalau punya abaya, bisa kita kreasikan menjadi outer atau luaran,” ucap Lisa saat dihubungi pada 27 Maret lalu.
Tidak hanya mengkreasikan busana, Lisa menyarankan penggunaan aksesori yang bisa menjadi statement menarik pada baju lama. Dari pilihan korsase, necklace atau kalung yang outstanding, bros yang kemilau, ikat pinggang mewah, hingga obi etnik bagi penyuka aksesori.
Selain itu, penting untuk memperhatikan perawatan agar busana lama Anda tetap rapi dan bisa dikenakan pada momen hari raya. “Untuk baju berbahan katun, jangan dijemur di bawah matahari langsung. Baju berbahan poliester disetrika dengan suhu rendah dan bahan sutra harus dry clean.”
Saran lain datang dari Zyta Delia Rahma, founder modest fashion Zyta Delia. Menurut dia, bila hanya membeli kerudung atau scarf untuk Lebaran, bisa dipadukan dengan baju lama berupa atasan plain. Tidak melulu dipakai untuk hijab, scarf motif juga bisa di-styling menjadi outer atau vest.
Jika punya scarf dengan corak banyak warna, bisa dipadukan dengan baju lama model apa saja yang matching dengan salah satu elemen warna scarf-nya. "Aku pribadi warna putih bisa jadi suggest buat memadukan baju lama. Sebab, warna putih itu sangat aman dan fleksibel bertemu dengan warna apa saja. Mau tabrak atau blocking warna pun tak jadi masalah kalau kita percaya diri.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo