Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Gaya Hidup

Warung Legendaris: Soto Mbok Dele di Klaten Langganan Para Artis

Dari penampilannya, warung di tepi Jalan Solo-Jogja Km 8,4 ini biasa saja, tapi inilah Warung Soto Mbok Dele yang legendaris itu.

24 November 2017 | 11.43 WIB

Suasana di dalam warung soto Mbok Dele di di tepi Jalan Solo - Jogja Km 8,4, Desa Jetis, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Warung seluas 12 x 10 meter ini memiliki lima meja panjang yang masing-masing dilengkapi rak kaca tempat beragam lauk dari jeroan sapi. DINDA LEO LISTY | KLATEN
Perbesar
Suasana di dalam warung soto Mbok Dele di di tepi Jalan Solo - Jogja Km 8,4, Desa Jetis, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Warung seluas 12 x 10 meter ini memiliki lima meja panjang yang masing-masing dilengkapi rak kaca tempat beragam lauk dari jeroan sapi. DINDA LEO LISTY | KLATEN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Klaten - Dari penampilannya, warung di tepi Jalan Solo-Jogja Km 8,4, Dusun Klepu, Desa Jetis, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten, ini jauh dari kesan menarik. Namanya warung soto Mbok Dele. Tapi siapa sangka warung bercat hijau kusam, berubin hitam, dan langit-langit putih kecoklatan ini menjadi langganan sejumlah artis, dari yang muda sampai lanjut usia?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Sekitar dua bulan lalu Duta dan Eross (dua pentolan band Sheila on 7) bersama tujuh krunya mampir ke sini. Mereka dalam perjalanan dari Jogja hendak manggung di Semarang. Warung jadi heboh karena pelanggan yang lain berebut mengajak berfoto bersama,” kata Supriyanto, 44 tahun, pengelola warung soto Mbok Dele kepada Tempo pada Kamis, 23 November 2017.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain dua artis muda tersebut, warung soto Mbok Dele juga sering kedatangan artis gaek seperti Didik Nini Thowok, Yati Pesek, Marwoto dan beberapa personel Srimulat yang lain, hingga almarhum Dono Warkop DKI semasa hidup. “Belum lama ini Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf juga ke sini dua kali berturut dalam waktu yang tak berselang lama,” kata Supriyanto.

Supriyanto adalah generasi keempat pewaris usaha tersebut. Warung Soto itu dirintis buyutnya yang bernama Nyai Karto Wijoyo. Dia tidak tahu secara pasti kapan buyut atau ibu dari neneknya, Ngatinem, mulai membuka warung soto daging sapi. “Warung ini sudah ada jauh sebelum saya lahir,” kata dia.

Supriyanto mengatakan, nama warung soto Mbok Dele bermula dari julukan neneknya semasa muda. Karena berperawakan kecil dan berkulit hitam, Ngatinem dijuluki dele (kedelai). “Maka itu warungnya disebut warung Mbok’e (ibu) Dele. Kalau Mbah Dele kerjanya menenun kain, tidak jualan soto. Beliau sudah lama meninggal pada usia 102 tahun,” kata Supriyanto.Warung soto Mbok Dele di tepi Jalan Solo - Jogja Km 8,4, Desa Jetis, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten. Warung yang usianya diperkirakan sudah lebih dari separuh abad ini dikenal sebagai jujugan artis, dari yang muda sampai lanjut usia. DINDA LEO LISTY | KLATEN

Dipercaya mengelola warung buyutnya sejak 1997, Supriyanto mengaku tidak punya resep khusus yang membuat pelanggannya tetap bertahan dan terus bertambah selama kurun 20 tahun. Menurut dia, bumbu kuah soto khas Solo dan Jogja secara garis besar sama dan cukup sederhana, terdiri dari bawang merah, bawang putih, garam, dan merica.

Hanya saja lauk di warung soto Mbok Dele terbilang lebih lengkap dibandingkan warung soto lain yang bertebaran di sepanjang Jalan Solo-Jogja. Mulai dari otak sapi goreng yang dibalut tepung dan telur, iso dan babat goreng, hingga kapur atau potongan kantong susu sapi yang digoreng. Sama dengan harga per mangkok sotonya, tiap jenis lauk itu dibanderol Rp 8.000 per potong.

Bagi penderita asam urat atau darah tinggi, warung soto Mbok Dele juga menyediakan lauk ringan seperti tahu dan tempe goreng. Selain pilihan lauknya yang beragam, sebagian pelanggan warung soto Mbok Dele tak mudah berpindah ke lain hati karena punya bekal kenangan indah.

“Kebanyakan pelanggan punya cerita semasa kecil sering diajak orang tuanya ke sini,” kata Supriyanto. Demi merawat kenangan para pelanggan tersebut, dia sengaja tidak sedikitpun mengubah struktur bangunan maupun interior warung seluas 10 x 12 meter itu selain memperbarui cat dindingnya dengan warna yang sama, hijau pekat.

Salah satu pelanggan, Risa Hajar, 37 tahun, mengatakan warung soto Mbah Dele adalah salah satu tempat yang wajib dia kunjungi tiap mudik ke rumah orang tuanya di Kecamatan Delanggu, Klaten. “Saya masih ingat betul, dulu semasa masih SD sering diajak ayah ke sini untuk beli otak sapi goreng,” kata pengusaha stiker dari Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu.

DINDA LEO LISTY (Klaten)

Berita lain:

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus