Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Thalassemia merupakan kelainan pada darah yang diturunkan karena tidak terbentuk atau berkurangnya salah satu rantai globin, baik itu alfa ataupun beta, yang merupakan komponen dari hemoglobin. Hemoglobin merupakan bagian dari sel darah merah yang penting untuk kelangsungan hidup karena turut bertugas mengedarkan oksigen di dalam tubuh manusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Waspadai gejala thalassemia pada anak. Wajah pucat bisa jadi salah satu gejala awal yang perlu diwaspadai dan diperhatikan orang tua.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Tanda awal gejala yang terlihat itu anak- anak mengalami pucat, lalu dia merasa mudah lelah dan aktivitasnya berkurang. Itu harus diperhatikan, dengan gejala awal itu segera bawa anak ke fasilitas kesehatan pertama dulu, yaitu puskesmas untuk melihat kondisinya lebih dalam,” kata dr. Bambang Sudarmanto Sp.A(K), dari RSUP Kariadi Semarang.
Jika dirujuk ke puskesmas, maka puskesmas akan mengambil sampel hemoglobin (HB) hingga mengukur volume dari sel darah merah anak. Jika jumlah hemoglobin kurang atau jika volume sel darah merah berbeda dari orang normal maka kemungkinan besar anak akan mendapatkan rujukan lebih lanjut ke rumah sakit atau spesialis Onkologi- Hematologi.
“Dalam pemeriksaan lanjutan yang dilakukan oleh dokter, tanda yang sudah pasti anak mengalami thalassemia adalah bentuk gambar dan sel darah merah mengalami pecah-pecah, yang artinya terjadi hemolisis atau kerusakan pada sel darah merah,” jelas Bambang.
Ketua Unit Kerja Koordinasi Hematologi - Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu pun menyampaikan tanda-tanda dari gejala thalassemia sudah dapat dilihat pada bayi berusia enam bulan. Meski demikian, bukan berarti gejala pucat adalah tanda kepastian anak mengalami
thalassemia.
“Pucat itu bisa juga anak terkena anemia, yang artinya dia kekurangan zat besi. Jadi, jika didapati hasil anak kekurangan zat besi dari pemeriksaan bisa jadi anak itu justru mengalami anemia. Jika sudah terpenuhi zat besinya maka anak harus kembali dites untuk memastikan apakah sudah dalam keadaan normal atau benar ternyata mengalami thalassemia,” ujar Bambang.
Jika terdapat gangguan pada hemoglobin, maka sel darah merah dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik dan tentu berdampak buruk pada orang yang mengalaminya. Saat ini, thalassemia dapat diobati dengan cara transfusi darah, rutin mengonsumsi zat besi, hingga yang paling berisiko melakukan operasi pada sumsum tulang belakang.