Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Yang Terjadi pada Tubuh saat Jatuh Cinta Menurut Sains

Apakah terjadi secara cepat atau bertahap, jatuh cinta melibatkan sejumlah proses biologis yang berbeda. Apa pengaruhnya bagi tubuh?

25 Februari 2024 | 22.40 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi pasangan jatuh cinta. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Jatuh cinta memang berjuta rasanya namun mungkin berjuta pula efeknya. Dr. Liat Yakir, pakar biologi dengan spesialisasi hormon dan gen, menjabarkan soal cinta dan sains di baliknya dalam bukunya A Brief History of Love.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berbicara pada Sun Health, ia memaparkan bagaimana otak menilai seseorang itu menarik atau tidak hanya beberapa detik setelah mata menatapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Hanya 30 detik pertama setelah melihatnya, amygdala membentuk kesan awal soal daya tarik, penilaian emosional yang sering dibuat oleh otak secara primitif," jelasnya.

Amygdala adalah bagian otak yang berbentuk almond dan terletak di area otak yang dikenal sebagai lobus temporal, yang bertanggung jawab pada mengontrol emosi, pengambilan keputusan, daya tarik seksual, ketakutan dan agresi, serta berperan penting dalam proses daya tarik.

Hormon seks juga berperan dalam memilih pasangan potensial, sambung Yakir. "Kita juga melihat indikator oksitosin, hormon cinta, di mata seseorang serta ekspresi wajah -- senyum, tawa, perhatian, dan tatapan ramah. Sudah pasti, mata menjadi pintu utama ke otak dan emosi, memiliki 70 persen reseptor sensor kita. Dalam waktu 15 milidetik otak kita bisa memahami emosi orang lain yang tampak dari matanya," papar Yakir.

Apa yang terjadi pada tubuh saat jatuh cinta?
Apakah terjadi secara cepat atau bertahap, jatuh cinta melibatkan sejumlah proses biologis yang berbeda, memantik sebagian otak, dan meningkatkan produksi hormon.

"Selama tahap awal jatuh cinta, otak dibanjiri zat-zat kimia seperti pelepasan dopamin, serotonin, dan oksitosin lewat sentuhan, belaian, ciuman, pesan yang lembut, dan sudah pasti aktivitas seksual. Keajaiban dapat berawal dari ciuman, ketika oksitosin dilepaskan ke dalam aliran darah, merangsang saraf vagus," jelas Yakir.

Saraf vagus adalah bagian dari sistem saraf parasimpatetik dan mengontrol fungsi tubuh tertentu seperti pencernaan, detak jantung, dan sistem imun.

"Momen ini bisa terasa seperti aliran listrik yang merayapi tulang belakang ke punggung bawah, membangkitkan organ-organ genital. Sensasi ini adalah hasil kerja oksitosin, hormon di balik hasrat dan orgasme, mempengaruhi perilaku seksual," ungkapnya.

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus