Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tepat pada 20 tahun lalu, peristiwa tsunami Aceh terjadi dan meninggalkan banyak kesedihan mendalam bagi para penyintasnya. Kehilangan keluarga, kehilangan rumah, kehilangan pekerjaan, hingga harapan telah banyak dirasakan akibat tsunami dahsyat tersebut. Hal tersebut menjadikan tsunami Aceh pukulan keras kepada masyarakat Aceh yang terdampak.
Namun, masih terdapat peninggalan-peninggalan terjadinya tsunami Aceh yang membawa masyarakat seluruh Indonesia untuk ikut berkabung dan merapal doa kepada para korban. Kehadiran peninggalan selama tsunami Aceh diharapkan mampu menghadirkan energi positif kepada para penyintas yang terus bertahan sampai saat ini untuk melanjutkan hidup yang lebih baik.
Peninggalan tersebut dapat menjadi destinasi wisata bagi pengunjung untuk turut mengenang dan merenungkan peristiwa bencana alam yang terjadi beberapa tahun lalu.
Pekerja merawat taman bunga di perkarangan Museum Tsunami, Banda Aceh, Aceh, Senin, 16 Maret 2020. Untuk mencegah penyebaran Virus Covid-19, Pemerintah Kota Banda Aceh menutup sejumlah objek wisata bagi pengunjung, antara lain Museum Tsunami, Museum Aceh, situs tsunami PLTD Apung, situs tsunami Kapal Nelayan Atas Rumah dan objek wisata pantai lainnya selama 14 hari terhitung Senin, 16 Maret 2020. ANTARA/Ampelsa
1. Museum Tsunami Aceh
Pada 2007 lalu, pemerintah melalui Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi NAD Nias membangun museum bernama “Museum Tsunami Aceh” yang ditujukan untuk mengenang peristiwa Tsunami Aceh yang terjadi 2004 silam. Museum ini berlokasi di Jalan Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Bangunan yang memiliki empat lantai ini menjadi ranah bagi para wisatawan yang mengunjungi Aceh untuk melakukan kilas balik atas bencana alam yang menyebabkan 280 ribu nyawa hilang.
2. Masjid Raya Baiturrahman
Masjid yang berdiri kokoh di tanah Aceh ini pertama kali dibangun pada 1612 saat Sultan Iskandar Muda dari Kesultanan Aceh memimpin. Sebagai salah satu masjid terbesar di Aceh, Masjid Raya Baiturrahman menjadi salah satu bangunan yang selamat dari peristiwa tsunami yang menerjang Aceh. Masjid yang dirancang oleh arsitektur dari Belanda ini menjadi peninggalan Tsunami Aceh yang selalu didatangi oleh para pendatang dari luar Aceh.
3. Kapal PLTD Apung
Salah satu peninggalan unik yang menggambarkan tingginya ombak dari perairan Aceh yang menerjang daratan adalah Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung. Kapal PLTD merupakan salah satu kapal yang terdampar ke tengah daratan saat tsunami terjadi.
Lokasi dari Kapal PLTD Apung berada di Gombong Punge Blang Cut, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh. Kapan dengan luas 1.900 meter persegi dengan panjang 63 meter dan besar 2.600 ton tersebut terhempas sejauh 5 kilometer dari perairan menuju pusat Kota Banda Aceh. Saat ini, kapal yang tidak lagi digunakan tersebut menjadi situs wisata kelam yang banyak didatangi untuk mencoba pengalaman menaiki kapal sambil melihat pemandangan kota.
Situs tsunami berupa kapal atas rumah di desa Lampulo, Banda Aceh, Aceh, 15 Desember 2024. ANTARA/Ampelsa
4. Kapal di Atas Rumah
Seperti halnya Kapal PLTD Apung, kapal yang saat ini menjadi objek wisata di Kampung Lampulo ini terseret oleh tingginya gelombang laut tsunami sehingga mendarat tepat di atas rumah seorang warga. Kapal ini terseret sejauh 3 km dari wilayah perairan laut menuju daratan.
Kapal dengan berat 65 ton dan panjang 25 meter ini juga menjadi bangunan unik untuk para pendatang belajar mengenai tragedi tsunami tersebut. Tidak ada biaya yang dikenakan bila wisatawan ingin menjadikan lokasi tersebut salah satu tempat berkunjung, namun pihak pengelola menyediakan kotak amal kepada publik yang ingin memberikan donasi.
5. Monumen Aceh Thanks to the World
Selain terhadap sesama masyarakat Indonesia, dukungan kepada para penyintas juga datang dari negara lain di dunia. Dengan demikian, maka dibangun sebuah monumen bernama Monumen Aceh Thanks to the World yang berlokasi di lapangan Blang Padang, Kota Banda Aceh. Monumen tersebut yang berbentuk lima gelombang itu dicat berwarna biru dan putih agar menyerupai ombak. Di sekeliling lapangan Blang Padang, terdapat juga 55 monumen kecil lain berbentuk kepala kapan dengan tulisan ‘terima kasih’ berdasarkan bahasa dari negara lain.
Annisa Firdausi, Asma Amirah, dan Haris Setyawan berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Kilas Balik 20 tahun Tsunami Aceh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini