Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Perjalanan

Berkunjung ke Lokasi Tragedi Situjuah di Sumatra Barat, Ada Peringatan Khusus Setiap Januari

Sampai saat ini tragedi Situjuah masih dikenang masyarakat Nagari Situjuah Batua Sumatra Barat. Ada pengibaran bendera sebulan penuh dan ziarah makam

12 Januari 2024 | 19.45 WIB

Monumen Peristiwa Situjuah di Nagari Situjuah Batua, Sumatra Barat (TEMPO/Fachri Hamzah)
Perbesar
Monumen Peristiwa Situjuah di Nagari Situjuah Batua, Sumatra Barat (TEMPO/Fachri Hamzah)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa penyerangan Belanda terhadap para pejuang Indonesia di Nagari Situjuah Batua, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat, pada 15 Januari 1949 itu dikenang dengan nama Tragedi Situjuah. Tragedi ini terjadi pada masa Revolusi Fisik di saat Pemerintahan Indonesia mempertahankan kemerdekaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sampai saat ini tragedi itu selalu dikenang. Di Nagari Situjuah Batua terdapat Monumen PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia) yang dibangun di tengah pasar. Pada 2024 ini, masyarakat Situjuah Batua tetap melakukan peringatan dengan pengibaran bendera di depan rumah selama satu bulan penuh. Selain itu, dilakukan upacara peringatan dan ziarah ke makam pahlawan yang tewas pada tragedi tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jika masuk ke lokasi tragedi, dapat dilihat makam sembilan pahlawan yang tewas dalam tragedi tersebut. Lalu juga ada monumen lokasi rapat berbentuk batu prasasti yang diberi atap. Selain itu, pemerintah juga membangun sebuah pustaka yang berisikan arsip-arsip sejarah dari Tragedi Situjuah.

Setiap Januari masyarakat di Nagari Situjuah Batua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatra Barat memperingati Tragedi Situjuah dengan mengibarkan bendera merah putih selama sebulan penuh. Peristiwa tersebut terjadi pada 15 Januari 1949 yang menewaskan 69 pejuang kemerdekaan Indonesia. (TEMPO/Fachri Hamzah)

Babak Sejarah yang Terlupakan

Rapat rahasia pembentukan Barisan Pengawal Nagari dan Kota atau BPNK selesai. Kantuk mulai menyerang para peserta rapat, ada yang pindah ke surau dan ada yang tidur di lokasi. Saat mulai terlelap, satu per satu peluru senapan mesin menghujani dari arah tebing. 

Di tengah hujanan peluru Belanda, ada seorang pria dengan kain sarung yang menggenggam kertas dan senapan dengan tergesa-gesa keluar dari rumah tempat rapat. Dialah Chatib Sulaiman, sang pemimpin rapat. Meski terancam tetap semangat  mempertahankan dokumen rahasia negara.

Perhitungan Chatib Sulaiman salah. Belanda berhasil mengetahui lokasi rapat dan melakukan serangan pada 15 Januari 1946.

Menurut sejarawan Sumatra Barat Fikrul Hanif, peristiwa penyerangan itu terjadi saat subuh. Saat penyerangan, di dalam rumah terdapat Chatib Sulaiman dan delapan orang pimpinan militer. Selain itu, juga terdapat masyarakat sipil.

Lanjut Fikrul, Chatib Sulaiman meregang nyawa setelah dadanya ditembus timah panas sniper Belanda.  “Walaupun sudah sekarat, serdadu Belanda tetap menikam tepat di jantung Chatib Sulaiman menggunakan bayonitnya,” tuturnya.

Selain Chatib Sulaiman, penyerangan Belanda itu juga menewaskan Arisun Sutan Alamsyah (Bupati Luak Lima Puluh), Letkol Munir Latief, Mayor Zainuddin, Lettu Azinar, Rusli, dan Syamsuddin. Sembilan orang tersebut dimakamkan di Lurah Kincia Situjuah Batua sebagai pahlawan Indonesia.

Sementara itu, dalam Buku Sejarah Perjuangan Kemerdekaan RI di Minangkabau 1945-1950 yang ditulis Ahmad Husein, disebutkan, ada beberapa pejuang yang berhasil selamat dan lolos dari pengepungan Belanda, di antaranya Engku Abdullah, Jahja Djalil, Arifin Alip, Sidi Bakarudin, Syamsul Bahar dan Baharuddin Datuak Bandaro.

Masih dalam buku yang sama, dituliskan bahwa korban yang tewas dari pihak republik ada sekitar 69 orang, termasuk masyarakat sipil. Setelah Belanda menyerang dan membunuh orang-orang di lokasi rapat, Belanda meninggalkan Nagari Situjuah menuju Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Sepanjang jalan yang dilalui pun tentara Belanda masih membunuh para pemuda yang ditemui.

FACHRI HAMZAH 

 

 

Fachri Hamzah

Kontributor Tempo di Padang, Sumatera Barat

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus