Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Mataram - Desa Sesaot dan Desa Sekotong Tengah di Kabupaten Lombok Barat merupakan dua dari 79 desa wisata di Indonesia yang berhak mendapatkan anggaran dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi untuk pembangunan sarana prasarana desa wisata. Anggaran yang mereka terima sekitar Rp 400 juta sampai Rp 600 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Alhamdulillah dua desa ini terpilih karena mereka dinilai berkomitmen dalam pengembangan Desa Wisata," kata Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Saepul Akhkam, Rabu, 2 Juni 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Komitmen itu diperlihatkan dengan penyediaan alokasi APBDes untuk destinasi dan memberikan peran kepada BUMDes dan Pokdarwis-nya.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Heri Ramdan menyebutkan komitmen tersebut juga dinilai dengan kesiapan dan inisiatif dua desa tersebut dalam mengajukan proposal. ''Mereka punya motivasi dan inisiatif kuat untuk mengikuti arahan kementerian dalam penyusunan proposal,'' ujarnya.
Kepala Desa Sesaot Yuni Hariseni mengajukan usulan untuk jalan sepanjang kawasan pariwisata. Jalan lingkungan itu akan memudahkan wisatawan menuju air terjun Semporonan di Dusun Gontoran, hutan kemasyarakatan dan camping ground.
"Panjang jalan sekitar 490 meter, tapi sekaligus juga untuk drainase dan untuk tracking sepeda," kata Yuni.
Pusat Rekreasi Masyarakat Desa Sesaot. Dok pribadi Kaur Umum Kantor Desa Sesaot Jamaludin.
Menurut Yuni, selama ini Sesaot memiliki potensi alam yang kaya akan mata air karena letaknya yang berada di tepi hutan kawasan. Dari banyaknya mata air yang dimiliki oleh desa Sesaot, diantaranya terdapat sumber mata air yang dijadikan sebagai Pusat Rekreasi Masyarakat yang biasa disingkat Purekmas.
''Diantaranya, mata air langsung, kolam pemandian untuk dewasa dan anak-anak, kuliner, rumah pohon, situs budaya dan banyak lainnya,'' kata Yuni.
Purekmas Desa Sesaot kini berstatus tersertifikasi di empat bidang setelah lulus dalam asesmen desa wisata pada 2020. Mereka juga sudah memegang sertifikat CHSE karena sudah menerapkan protokol kesehatan.
Adapun Desa Sekotong Tengah akan memfokuskan anggaran itu untuk mempercantik kawasan mangrove Tanjung Batu. Kepala Desa Lalu Sarapuddin mengatakan di sana akan dibangun satu unit homestay, toilet dan gazebo serta menambah boardwalk sepanjang 100 meter yang akan melingkari mangrove.
''Adanya penambahan fasilitas dan perluasan area untuk spot mancing, pengunjung akan bertambah,'' kata Lalu Sarapudin.
Selain itu, di beberapa titik disiapkan spot swafoto dan tempat duduk bagi pengunjung yang mau menghabiskan waktu di hutan mangrove desa wisata tersebut. Di sana sudah ada menara setinggi 23 meter uang tampak indah saat malam hari.