Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gilang Widya Pramana atau Juragan 99, Presiden Arema FC mengungkapkan perasaannya usai melakukan takziah ke keluarga korban Tragedi Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Sabtu, 1 Oktober 2022. Ia mengunggah video di halaman Instagramnya pada Selasa, 4 Oktober, yang memperlihatkan duka keluarga korban saat ia dan istrinya, Shandy Purnamasari datang ke rumah-rumah korban.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tidak ada yang percaya kalau kejadian ini benar terjadi. Saya, dengan didampingi istri dan manajemen Arema FC hari ini melakukan takziah, mengunjungi keluarga korban dari kerusuhan di Stadion Kanjuruhan," tulisnya memulai keterangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bos J99 Group ini mengungkapkan kehancuran hatinya kala mendengar cerita keluarga korban yang kehilangan suami, istri, dan anak kebanggaan mereka. "Ada kesedihan luar biasa karena kehilangan orang-orang tercinta tanpa pesan," tulisnya menambahkan. Di beberapa video lain, memperlihatkan tangisannya saat bertemu keluarga korban dan menyampaikan permohonan maaf atas kejadian tersebut.
Ia mengakui sumbangan yang diberikan manajemen Arema FC tidak bisa mengembalikan nyawa lebih dari 150 korban Tragedi Kanjuruhan itu. "Semoga mereka semua husnul khotimah, diterima di sisi Allah SWT sesuai amal ibadahnya. Jangan ada lagi nyawa yang terbuang sia-sia," tulisnya menambahkan.
Tragedi Kanjuruhan bermula dari kekalahan Arema FC 2 - 3 melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada Sabtu, 1 Oktober 2022. Sekitar 3.000 Aremania masuk ke lapangan yang menjadi santapan kekerasan kepolisian dan tentara. Di tribun situasi lebih kacau tatkala sebagian polisi menembakkan gas air mata.
Tembakan gas air mata, yang sudah lama dilarang FIFA itu membuat mata penonton perih dan napas yang sesak. Dengan pandangan seadanya, mereka panik dan berebut keluar stadion, tapi tak semua pintu kebuka. Penonton sampai membobol tembok ventilasi untuk menyelamatkan diri. Rebutan keluar ini menyebabkan oksigen di sekitar itu makin tipis. Dalam keadaan kalut, tak bisa melihat, dan kehabisan oksigen, mereka makin panik hingga saling menginjak. Di sinilah bencana muncul. Ratusan orang meninggal sia-sia.
Akibat kejadian ini, Arema FC dilarang menjadi tuan rumah di kandang sendiri hingga kompetisi BRI Liga 1 berakhir. Presiden Jokowi memerintahkan Ketua PSSI Moch Iriawan menggelar investigasi kasus ini dan menghentikan kompetisi Liga 1 hingga permasalahan selesai.