Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah dua periode berturut-turut berikan dukungan pada Jokowi, Butet Kartaredjasa kali ini mengalihkan dukungan kepada Ganjar Pranowo dan Mahfud MD. Ia turut serta menghadiri acara kampanye terbuka yang diadakan untuk pemenangan pasangan capres-cawapres nomor urut 03 Ganjar Pranowo-Mahfud MD di Alun Alun Wates Kulon Progo, Yogyakarta Ahad 28 Januari 2024.
Seniman tersebut memberikan pantun yang mengkritik dunia politik saat ini terutama pada manuver yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Sepanjang aksinya ia terus mengungkapkan sindiran bagi Jokowi dan berikan pujian bagi Ganjar Pranowo sebagai calon presiden yang memiliki acara tersebut.
Walaupun berujung dengan dilaporkan pada kepolisian, Butet Kartaredjasa tidak menyesali perbuatannya tersebut. Ia mengatakan apa yang sudah ia ucapkan merupakan kejujuran dan ia belum berlatih untuk melakukan kebohongan.
"Saya itu cuma menyatakan kejujuran, saya belum terlatih untuk berdusta dan berbohong, yang saya ucapkan selama ini hanya kejujuran hati dan pikiran," kata Butet.
Urusan hukum yang akan dilalui oleh Butet Kartaredjasa akan didampingi oleh advokat senior yang merupakan Deputi Hukum Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Todung Mulya Lubis. Todung Mulya Lubis menyatakan akan siap mendampingi proses hukum aksi panggung yang dilakukan oleh Butet Kartaredjasa.
Dukungan Dua Periode pada Jokowi
Sebelum mengalihkan dukungannya pada Ganjar Pranowo, Butet Kartaredjasa merupakan pendukung setia Jokowi. Pada awal periode Jokowi ia pernah mengatakan bahwa Joko Widodo merupakan pimpinan yang buka tong kosong nyaring bunyinya, tetapi pemimpin yang peduli dan melebur dengan rakyat.
"Jokowi itu pekerja, pekerja dan pekerja," kata Butet ketika dihubungi, Sabtu 24 Mei 2014.
Walaupun saat itu ia ragu dengan Jusuf Kalla yang akan mendominasi, Butet menyatakan bahwa Jusuf Kalla memiliki pengalaman yang nantinya akan melengkapi Jokowi di awal kepemimpinannya sebagai presiden.
Periode pertama sudah usai, Butet tetap mendukung Jokowi pada Pemilu 2019 untuk menjadi presiden dua periode. Ia mengatakan kepemimpinan Jokowi memberikan dampak yang nyata seperti pembangunan infrastruktur di berbagai tempat. Saat itu ia dan seniman lain dalam komunitas Alumni Jogja Satukan turut mempersiapkan acara deklarasi capres Jokowi di Stadion Kridosono, Yogyakarta, pada 23 Maret 2019.
Djaduk Ferianto sebagai adik dari Butet Kartaredjasa juga turut mendukung Jokowi saat itu. Ia mengatakan politik agama yang digunakan oleh paslon lain saat itu dapat mengadu domba dan merusak persatuan. "Saya juga harus memilih agar Indonesia yang menghargai keberagaman tidak pecah," kata dia.
Kritik keras Butet Kartaredjasa pada Jokowi merupakan peringatan untuk tidak jumawa saat berada di atas kekuasaan. Ia sempat mengatakan harus mengingat Orde Baru yang akhirnya tumbang setelah dipimpin oleh Presiden Soeharto selama 32 tahun akibat rakyat terus menerus protes.
"Pak Harto (Soeharto) yang berpengalaman 7 kali jadi presiden pun tumbang, jadi kalau Pak Jokowi tetap bandel (dengan manuvernya dalam Pemilu Presiden 2024), nanti sejarah akan membuktikan," ujar Butet.
Dilansir dari indonesianfilmcenter.com, Butet Kartaredjasa lahir pada 21 November 1961 di Yogyakarta. Ia adalah seniman yang memulai karirnya dalam panggung teater. Kemudian, ia juga menekuni dunia monolog yang memerankan beberapa karakter seorang diri di atas panggung.
Butet dikenal memiliki darah seni dari keluarganya. Ayah Butet Kartaredjasa adalah seorang seniman terkenal pada masanya yaitu Bagong Kussudiarja yang merupakan pelukis dan fotografer. Kemudian, adiknya Djaduk Ferianto juga merupakan seniman musik etnik.
Butet dan karyanya selalu bersinggungan dengan kritik dan kekuasaan terhadap dunia politik. Ia dikenal karena keberaniannya menirukan suara Presiden Soeharto dalam pementasan teaternya. Saat itu, mengkritik atau membicarakan politik di depan umum merupakan hal yang tabu dilakukan.
Butet juga menyampaikan ia memposisikan dirinya sebagai punakawan yang dalam dunia pewayangan bertugas untuk mengingatkan ksatria utama melalui candaan agar ksatria tersebut sadar diri tanpa adanya rasa sakit hati. Teater Gandrik yang ia asuh juga memposisikan diri sebagai punakawan dalam pewayangan. "Tapi kalau kstarianya dicubit tidak merasa sakit, ya dijewer, atau tendang bokonge (pantatnya), gitu loh,” kata Butet.
ADINDA ALYA IZDIHAR | PRIBADI WICAKSONO| SHINTA MAHARANI
Pilihan Editor: Rhoma Irama Dukung Anies-Muhaimin, Penggemar Nyatakan Loyal
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini