Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kota-kota di Jepang mulai kerepotan menghadapi lonjakan turis. Setelah Kyoto yang membatasi kunjungan wisatawan di distrik tertentu, kini Otaru, prefektur Hokkaido, harus memperkerjakan petugas keamanan untuk mengawasi perilaku turis di spot indah yang ramai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selama libur tahun baru Imlek, lereng Funamizaka di kota tersebut dibanjiri wisatawan. Tempat tersebut terkenal setelah muncul dalam film Jepang 1995 berjudul Love Letter. Tempat itu populer di kalangan wisatawan karena pemandangan lautnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tingginya kunjungan turis ke lokasi tersebut menimbulkan dampak buruk. Awal bulan ini, seorang turis Cina tertabrak kereta api dan tewas saat mengambil gambar di rel dekat lereng. Suaminya mengatakan bahwa dia mencoba memotret lokasi yang ditampilkan dalam film Cina tahun 2015 Cities in Love dan tidak memperhatikan kereta yang melaju kencang.
Penduduk lokal juga mulai merasa tidak nyaman. Semakin banyak keluhan dari warga tentang pengunjung yang menghalangi jalan dan memasuki properti pribadi.
“Jalan itu dipenuhi rumah-rumah dan lalu lintasnya padat. Turis yang berdiri di jalan atau berjalan berdampingan sering kali membuat kendaraan tidak bisa lewat. Dampaknya terhadap penduduk sangat signifikan dan tahun fiskal ini sangat parah,” kata seorang pejabat kota, seperti dikutip dari Mainichi Shimbun.
Perilaku Buruk Wisatawan
Otoritas Otaru dan kantor polisi setempat bekerja sama untuk meredakan konflik turis dengan penduduk lokal. Pada 2024, mereka membuat poster multibahasa dalam bahasa Mandarin, Korea, dan Inggris untuk memperingatkan wisatawan terhadap berbagai pelanggaran. Poster tersebut mencantumkan tindakan yang dianggap sebagai kejahatan, seperti menghalangi lalu lintas dengan mengambil foto di jalan, memasuki properti pribadi tanpa izin, membuang sampah sembarangan, dan berhenti di rel kereta api. Poster-poster ini didistribusikan kepada penduduk dan tersedia secara gratis secara daring.
Pada Selasa, 28 Januari 2024, penjaga ditempatkan di tiga tempat sambil membawa tanda peringatan dalam bahasa Inggris, Mandarin, dan Korea. Tanda itu memperingatkan pengunjung untuk tidak memasuki properti pribadi atau mengambil foto di tengah jalan.
Penjaga akan tetap dikerahkan hingga akhir Maret dan polisi setempat akan meningkatkan patroli di area tersebut.
Rekor Kunjungan Wisata
Jepang memecahkan rekor 36 juta wisatawan pada 2024, menurut angka resmi yang dirilis bulan ini. Di Otaru, lebih dari 90.000 wisatawan asing menginap di kota tersebut selama paruh pertama tahun fiskal 2024, jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada tahun 1997, kata pejabat setempat.
Lonjakan rekor jumlah wisatawan sebagian besar disebabkan oleh melemahnya yen yang membuat Jepang lebih menarik bagi wisatawan internasional. Namun, jumlah yang melonjak ini telah memicu kekhawatiran tentang overtourism atau pariwisata berlebihan di destinasi populer. Selain membuat penduduk lokal tidak nyaman, lonjakan wisatawan ini juga dikahwatirkan berdampak pada kelestarian lingkungan.
Pemerintah Jepang memiliki target menarik 60 juta pengunjung setiap tahun pada tahun 2030.
INDEPENDENT | MAINICHI SHIMBUN