Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hiburan

Melihat Orangutan di Pusat Rehabilitasi Samboja Lestari Kalimantan Timur

Samboja Lestari merupakan salah satu dari dua lokasi pusat rehabilitasi orangutan di Indonesia. Satu lainnya berada di Taman Nasional Tanjung Puting.

3 Juni 2024 | 11.47 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Balikpapan - Kalimantan Timur menjadi salah satu habitat orangutan di Indonesia. Salah satu tempat mereka hidup liar adalah Samboja Lestari, Kabupaten Kutai Kartanegara, sebuah pusat rehabilitasi yang didirikan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS Foundation). Di sini, pengunjung bisa melihat orangutan hidup liar di antara pepohonan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Samboja Lestari terletak 44 kilometer dari kota Balikpapan. Lokasi ini bisa ditempuh selama satu jam perjalanan melalui jalan tol, termasuk 2,5 kilometer melalui jalan aspal di dalam hutan milik BOS Foundation yang di kelola sejak 1991.

Rehabilitasi Orangutan

Samboja Lestari terletak di area seluas 1.800 hektare, yang dibuat untuk penyelamatan dan rehabilitasi orangutan, translokasi dari area konflik ke habitat yang aman dan terlindungi, pelepasliaran dari rehabilitasi, dan rehabilitasi lahan. Tempat ini merupakan salah satu dari dua lokasi pusat rehabilitasi orangutan di Indonesia. Satu lainnya berada di Taman Nasional Tanjung Puting, Kalimantan Tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOS Foundation merupakan non-govermental organization (NGO) Indonesia, tetapi sebagian besar atau 85 persen menggunakan donasi dari luar negeri. Mereka juga bekerja sama dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur. Dalam kurun waktu 1991 – 2024, yayasan ini sudah melepasliarkan 533 ekor orang utan, 34 ekor dilahirkan di dalam hutan, 357 ekor tetap tinggal di sana, dan 75 beruang madu yang mungkin tidak akan pernah dilepaskan.

Seekor orangutan bergelantungan pada pohon di kawasan Samboja Lestari, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. TEMPO/Supriyantho Khafid

Pelepasliaran Orangutan

Orangutan yang baru masuk ke pusat rehabilitasi BOS Foundation akan menjalani masa karantina selama kurang lebih 3 bulan. Ini untuk memastikan para orangutan ini sehat dan tidak memiliki penyakit yang ditulari oleh manusia, seperti TBC dan hepatitis. Setelah itu, orangutan akan menjalani rehabilitasi rata-rata selama 8-9 tahun.

‘’Ibaratnya sekolah di hutan, jenjangnya SD, SMP, SMA,’’ ujar Kristina Nainggolan, Pengendali Ekosistem Hutan BKSDA Kalimatan Timur, sewaktu menerima kunjungan peserta famtrip Forum Wartawan Ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) bersama Otoritas Jasa Keuangan NTB, Jumat, 31 Mei 2024.

Pengenalan yang dilakukan misalnya makanan yang akan dikonsumsi di alam liar seperti buah-buahan dan rayap sebagai protein. Jika sudah dianggap layak hidup di dalam hutan, orangutan akan dilepas ke lokasi yang tidak lebih dari 12-16 jam perjalanan kendaraan dari Samboja Lestari, atau menggunakan helikopter jika usianya lanjut hingga sekitar 85 tahun.

‘’Kami pasang chip agar bisa memantau keberadaannya,’’ ujarnya. 

 Pulau Buatan untuk Orangutan

Samboja Lestari memiliki enam pulau buatan untuk karantina orangutan. Salah satu pulau itu dihuni seekor jantan bernama Romeo yang berusia 35 tahun, serta dua betina. Orangutan-orangutan itu sengaja ditempatkan di pulau buatan yang dipisahkan air supaya tidak bisa menyeberang.

Setiap penempatan, satu pulau hanya boleh dihuni satu ekor jantan agar tidak menimbulkan pertikaian diantara satwa tersebut. ‘’Kalau ada bayi di lingkungan satwa ini, dilakukan kontrasepsi agar tidak ada bayi lain,’’ kata Kristina. 

Pengunjung yang mendapatkan izin masuk bisa melihat karantina orangutan di pulau buatan. 

Pemulihan Orangutan

Paulina Laurensia Ela, Head of Communication BOS Foundation, menyebutkan, lembaganya melakukan pemulihan agar kelak jika dilepaskan, orangutan itu mampu mandiri di dalam hutan. 

Tidak semua satwa yang dibawa ke sini bisa dilepas liarkan karena beberapa faktor, antara lain tertular oleh penyakit manusia seperti TBC (tuberculosis) yang dikhawatirkan menyebabkan kepunahan. TBC pada orangutan-orangutan yang ada di BOS Foundation diperoleh dari manusia yang pernah memelihara orangutan ini. Sebaliknya, penularan TBC dari orangutan ke manusia tidak bisa terjadi karena di alam liar tidak ada TBC

Jadi, untuk mencegah penyakit menular, pekerja di Samboja Lestari yang pekerjaannya dekat dengan satwa, seperti dokter atau teknisi, menjalani medical check-up berkala. 

SUPRIYANTHO KHAFID

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus